Pasar Keuangan Global Makin Tak Pasti, Negara Berkembang Perlu Waspada
jpnn.com, JAKARTA - Rencana kebijakan perdagangan di Amerika Serikat (AS) melalui kenaikan tarif impor, komoditas, dan cakupan negara yang lebih luas telah menyebabkan risiko peningkatan fragmentasi perdagangan dunia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ketidakpastian pasar keuangan global makin meningkat disertai dengan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Hal itu diungkapkan Perry dalam dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Desember 2024 yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu.
“Perkembangan ini yang disertai dengan eskalasi ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah dunia mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 mendatang diperkirakan akan melambat menjadi 3,1 persen dari perkiraan sebesar 3,2 persen pada 2024,” kata Perry.
Perry mengakui perkembangan ekonomi global yang diikuti dengan meningkatnya dan ketidakpastian pasar keuangan global tersebut memerlukan respons kebijakan yang lebih kuat.
"Untuk memitigasi dampak negatifnya terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Perry.
Perry menambahkan inflasi dunia juga akan meningkat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya, dipengaruhi oleh gangguan rantai pasok suplai dunia.
Di Amerika Serikat penurunan Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan lebih lambat akibat inflasi yang lebih tinggi tersebut.
Rencana kebijakan perdagangan di Amerika Serikat (AS) membuat ketidakpastian pasar keuangan global meningkat
- Eddy Soeparno Sebut Perdagangan Karbon Internasional Pilar Ekonomi Baru Indonesia
- MAXY Academy Ajak Talenta Muda Indonesia Bertransformasi
- MIND ID Nilai Pengamat Pertambangan Berperan dalam Optimalisasi Hilirisasi
- Penurunan Angka Kemiskinan di Sumut pada 2024 yang Tertinggi di Indonesia
- Angka Kemiskinan Sumut 2024 Turun 10 Kali Dibandingkan Tahun Sebelumnya
- Tantangan Bangsa Berat, Barikade 98 Dorong Penguatan Komitmen Persatuan Nasional