Pasar Saham Dunia Mulai Pulih
Rabu, 15 Oktober 2008 – 14:40 WIB

Pasar Saham Dunia Mulai Pulih
Selain itu, bursa mendapatkan sentimen positif sejumlah intervensi regulasi dari pemerintah dan otoritas. Termasuk soal auto rejection 10 persen. Pada perdagangan kemarin, sekurang-kurangnya, 25 emiten terkena auto rejection karena telah mencapai kenaikan titik tertinggi 10 persen, 15 persen di antaranya emiten badan usaha milik negara (BUMN).
Analis Optima Securities Iksan Binarto mengatakan, sentimen positif pemberlakuan auto rejection sebesar batas atas-bawah 10 persen membuat investor enggan melepas sahamnya. Alhasil, bursa selamat dari tekanan jual. "Investor menahan untuk melepas sahamnya, menunggu harga naik lebih tinggi, karena bursa global sedang rebound," katanya.
Dia menyoroti tipisnya transaksi harian yang hanya Rp 1,8 triliun. Hal itu membuat pelaku pasar meminta agar batas auto rejection dinaikkan bila pasar sudah stabil. "Itu agar pelaku pasar lebih leluasa dalam trading." Hari ini dia memprediksi indeks masih bergerak dikisaran 1.530-1.580.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, berdasar laporan yang masuk, hanya sembilan BUMN Tbk non perbankan yang berencana melakukan buyback. Total dana yang dimasukkan ke pasar untuk mengoleksi saham pelat merah hanya Rp 8 miliar. ''Harap diketahui, dana yang keluar hanya segitu. Selebihnya karena kepercayaan investor mulai pulih,'' katanya saat ditemui sebelum rapat di Komisi XI DPR kemarin.
JAKARTA - Pemerintah dan investor saham mulai lega. Berbagai jurus untuk menghindarkan jebloknya pasar saham di tanah air mulai menuai hasil. Tren
BERITA TERKAIT
- Dirut Bank DKI Jamin Dana Nasabah Aman dan Non-tunai KJP Plus Tetap Lancar
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 April 2025, UBS dan Galeri24 Sama Saja
- Transaksi Tabungan Emas Pegadaian Diproyeksikan Naik 10 Kali Lipat pada Akhir April
- 165.466 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek saat Libur Panjang
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM
- Pemda Diminta Jadi Motor Investasi dan Pemerataan Ekonomi