Pasar Tertua Victoria Mengalami Gejolak di Tengah Pandemi, Warga Indonesia Melihat Peluang Baru
"[Penjualan] lumayan padat karena hampir setiap hari ada [pembeli]."
Karena tingginya permintaan, pria asal Medan tersebut sempat merasa kewalahan ketika harus mengantarkan cenderamata ke rumah masing-masing pembeli.
"Pertamanya saya kira kalau dua orang saja saya bisa antar, tapi lama-lama, setiap hari ada permintaan. Akhirnya saya berikan syarat akan antar bila sudah ada 11 pembeli lain," katanya.
Sayangnya, bisnis tersebut harus tutup sementara sejak 'lockdown' Melbourne tahap keempat awal Agustus lalu.
Ini karena aturan yang berlaku tidak memungkinkan Oky untuk mengambil barang dari gudang, yang harus tutup sesuai aturan yang berlaku.
"Padahal masih ada banyak permintaan, tapi karena situasi yang tidak memungkinkan, sementara kami tutup dulu sampai aturan kembali normal."
Photo: Yudha (paling kiri) kehilangan sumber pendapatannya sebagai karyawan di toko cenderamata QVM sejak penutupan. (Supplied: Pranata Yudha Bakti)
Karyawan Indonesia kehilangan 80 persen pendapatan
Nasib baik toko cenderamata yang dibantu Oky tidak dialami semua pemilik toko di QVM.
Pembatasan di tengah pandemi telah menghambat aktivitas dagang di pasar tertua Victoria di Melbourne
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan