Pascalebaran, Situasi Politik Berpotensi Panas Lagi
jpnn.com, JAKARTA - Dua ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bersepakat untuk bahu-membahu meredakan situasi politik nasional yang masih hangat.
Dalam halakah kemarin (12/6), Sekjen Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan, meski pilkada DKI Jakarta sudah selesai, imbas perseteruannya belum hilang sepenuhnya.
Buktinya, riak-riak polarisasi masih terjadi dan dirasakan. Muhammadiyah dan NU merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan upaya konstruktif.
’’Agar situasi kehidupan kebangsaan ini makin kondusif dan tidak ada panas-panas lah,’’ ujarnya setelah pertemuan di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.
Saat didesak apa langkah konkretnya, Mu’ti belum bisa menjelaskan. Menurut dia, pertemuan kemarin baru upaya awal.
Nanti, sebelum Lebaran, pihaknya menjanjikan pertemuan lanjutan guna membahas lebih jauh. ’’Tinggal kita tunggu harinya saja. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan sebelum Idul Fitri ini lah,’’ imbuhnya.
Mu’ti mengatakan, saat ini situasi politik nasional memang sedikit mereda. Namun, hal itu lebih disebabkan oleh datangnya momen Ramadan.
Sementara itu, kondisi pasca-Lebaran sulit diprediksi. Bahkan, ada potensi kembali memanas.
Dua ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bersepakat untuk bahu-membahu meredakan situasi politik nasional yang masih hangat.
- Seusai Dilantik, Empat Menteri dari NU Minta Restu Rais Aam dan Ketum PBNU
- Pimpinan Muhammadiyah Ini Calon Menteri Pendidikan di Pemerintahan Prabowo
- Masukan Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah untuk Prabowo, Ada Soal PPPK
- Tersangka Penganiayaan Rombongan Kiai NU Terancam 5 Tahun Bui
- Astrid Nadya Rizqita Terpilih Lagi Jadi Presiden Pemuda OKI/OIC Youth Indonesia
- Ratusan Kiai Membahas Persiapan MLB Nahdlatul Ulama