Pasir Putih

Dahlan Iskan

Pasir Putih
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Janet yang menang. Apalagi suaminyi yang sedang pegang kemudi. Saya masih bilang: "Belum tentu kenyataannya seindah foto fotonya."

Baca Juga:

Rupanya Janet telah melihat Google: betapa menakjubkannya White Sand. Di tengah gurun bersemak dan berladang minyak itu ada satu kawasan yang sangat berbeda. Luasnya mungkin satu kabupaten sendiri --kabupaten di Sulsel. Mencolok.

Di satu kawasan ini pasirnya putih semua. Berbukit-bukit. Bergelombang-gelombang. Berombak-ombak. Saya malas menceritakannya. Lihat sendiri di Google: White Sand National Park New Mexico. Atau sebangsa itu.

Ternyata banyak turis ke situ. Semua harus bermobil --untuk bisa memasuki tengah-tengahnya. Berkilo-kilo meter.

Suami Janet menghentikan mobil. Keduanya naik ke gunung pasir putih itu. Joget-joget kesenangan. Berfoto ria.

Saya pilih tunggu di dalam mobil. Waktunya membaca komentar di Disway. Mencicil pekerjaan hari itu. Dan lagi saya tidak boleh terlalu terkena pancaran sinar matahari --sepanas pancaran sinar petromak siang itu. Obat yang saya minum tiap hari tidak membolehkan itu.

Ternyata 30.000 tahun lalu sudah ada makhluk di sini. Jauh sebelum Nabi Adam yang sekitar 10.000 tahun lalu.

Lapar.

Kami pun keliling kota mencari si kafe. Google mengatakan: kami sudah sampai. Tujuan Anda di kiri jalan. Tidak ada kafe. Yang ada rumah biasa. Tertutup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News