Paslon NADI Dinilai Mendiskreditkan Perempuan Gegara Singgung Pernikahan & Karakter Fisik

Paslon NADI Dinilai Mendiskreditkan Perempuan Gegara Singgung Pernikahan & Karakter Fisik
Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam, Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI). Dok: source for JPNN.

jpnn.com, BATAM - Pengamat politik dari Citra Institute Efriza menyoroti sikap dari pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam Nomor Urut 1, Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI). Pasangan itu dinilai sudah mendiskreditkan perempuan di ruang publik.

Hal tersebut terjadi ketika pasangan itu memberikan pidato dalam acara Deklarasi Pilkada Damai 2024 yang diselenggarakan oleh Polresta Barelang. Dalam kesempatan ini Hardi menyinggung hal personal seperti status pernikahannya dan karakter fisik dari calon Wakil Wali Kota Batam Nomor Urut 2, Li Claudia Chandra.

Dalam video yang beredar di media sosial, Hardi menyatakan bertemu si cantik Claudia, tetapi sayang dia sudah memiliki istri.

“Hari ini saya bertemu si gadis cantik, pasangan salah satunya yang cantik, Ibu Claudia, sayangnya saya sudah beristri,” terang Hardi dalam video pendek berdurasi 4 menit 44 detik.

Pernyataan tersebut dinilai Efriza sangat tidak etis dan mendiskreditkan perempuan. Apalagi hingga menyinggung status pernikahan yang dimiliki, mengingat Claudia merupakan seorang single parent.

“Kalau melihat apa yang dilakukan oleh paslon nomor satu ini jelas adalah sikap tidak etis, tidak menghargai perempuan. Dia tidak menghargai perempuan dalam berpolitik, dan dia mendiskreditkan perempuan,” ujar Efriza ketika dihubungi, Kamis (26/9).

“Apalagi sampai mengatakan “sayangnya saya sudah beristri,” terlebih lagi Ibu Claudia ini kita tahu merupakan seorang single parent, dia berjuang untuk anaknya,” kata dia lagi.

Efriza mengatakan bahwa pernyataan Hardi tersebut juga termasuk dalam pelecehan terhadap perempuan di ruang publik. Di satu sisi, dia tidak menghargai perempuan dalam ruang lingkup berpolitik dan berdemokrasi.

Pasangan Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI) dinilai mendiskreditkan perempuan di ruang publik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News