'Pasukan Khusus' Kades Selok Awar-awar Gedor Pintu Warga yang Ikut Teken

'Pasukan Khusus' Kades Selok Awar-awar Gedor Pintu Warga yang Ikut Teken
TUKANG TEROR: Poster Tim 12 di salah satu warung di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang. Foto: GUNAWAN SUTANTO/Jawa Pos

Penganiayaan secara keji dilakukan secara terbuka terhadap keduanya. Salim dibawa ke balai desa yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumahnya. Di sana, dia disiksa beraneka cara. Mulai dihantam dengan benda tajam dan tumpul hingga disetrum di joglo pendapa.

Jawa Pos sempat melihat langsung balai desa tersebut Selasa lalu (29/9). Di joglo tempat Salim disetrum, memang ada dua stop kontak listrik di sisi kiri dan kanan.

Biasanya, colokan listrik itu digunakan untuk menyambungkan kabel saat ada acara. Sehari sebelum Jawa Pos ke sana, di sekitar joglo tempat penyiksaan, warga menaburkan bunga untuk mengenang dan mendoakan Salim. Anak ketiga Salim, Dio Eka Saputra, 13, termasuk yang menyaksikan bagaimana ayahnya dibawa paksa oleh para preman pendukung pertambangan pasir.

"Anak saya sempat teriak agar jangan bawa bapaknya, tapi malah dilempar batu oleh salah satu orang," ucap Tijah, istri Salim, menirukan ucapan anaknya.

Saat kejadian, Tijah tengah berada di pasar. Dio yang duduk di bangku kelas V SDN 1 Selok Awar-Awar akhirnya hanya bisa melihat sang bapak dibawa paksa dengan ditempatkan di motor yang diapit dua orang.

Salim menjadi incaran utama karena dianggap salah seorang motor pergerakan perlawanan tambang. Bahkan, Jumat malam (25/9) sebelum kejadian, dia mengadakan  pertemuan di rumahnya untuk membahas persiapan mendemo sopir-sopir truk tambang.

Tijah masih ingat, suaminya menyampaikan siap bertaruh nyawa untuk menentang tambang. "Katanya, nanti anak-cucunya harus meneruskan perjuangannya," ujar Tijah.

Admari, warga desa lainnya, juga menyaksikan iring-iringan kendaraan Tim-12 yang mendatangi rumah Tosan. Saat kejadian, Tosan bersama beberapa orang sedang menyebarkan surat penolakan kepada sopir truk."Mereka sangat banyak seperti orang mau karnaval," ujar Admari.

BERKALI-kali Turiman dan Nadi menghela napas panjang. Tatapan mereka nanar, memandang ke arah hamparan sawah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News