Patahkan Stereotip, Pengungsi di Melbourne Buat Serial Parodi Online
Shahin tiba di Australia dari Iran melalui Indonesia, pada tahun 2000, dan menghabiskan hampir 22 bulan di Pusat Penahanan Imigrasi Curtin, di Australia Barat.
Ketika ia keluar dari rumah detensi, ia mulai membangun hidupnya kembali dengan kegiatan acting, menulis dan menyutradarai, bahkan tampil di pertunjukan solo keliling Australia.
Shahin mengatakan, ia pikir sikap warga Australia terhadap pengungsi telah berubah lebih baik, tetapi politik tetaplah sama.
"Bagian terburuknya adalah masih menyaksikan bagaimana politisi menggunakan ini untuk menggalang suara, yang menjadi permainan sangat kotor," keluhnya.
Ia menyambung, "Dengan cara itu, kemanusiaan keluar dari jalur karena manusia hanyalah angka ... mereka bukan manusia dan itulah sebabnya kami merasa ingin menceritakan pengalaman itu.”
Rain Fuller- yang ikut berperan sebagai salah satu produser di serial itu dan berperan sebagai presenter radio yang menjamu dua pengungsi- mengatakan, ia berharap agar pertunjukan online itu mampu membuka babak baru dalam perdebatan isu suaka.
"Kadang-kadang, sungguh lelah mendapat kabar buruk secara konstan, tetapi melalui komedi, mudah-mudahan kami bisa memberi warna dan cahaya pada kehidupan dan melihatnya dari perspektif yang berbeda dan memulai dialog dengan cara itu," jelasnya.
Dalam karya terbaru mereka ‘Dua Pengungsi dan Seorang Berambut Pirang’, tak ada yang di luar batas, percaya bahwa cara terbaik untuk menjembatani kesenjangan adalah dengan menertawakan diri sendiri.
Dua pengungsi di Australia menggunakan situs YouTube dan humor atau parodi untuk mematahkan stereotip yang berkembang di masyarakat, dengan menciptakan
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata