Patung Soekarno

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Patung Soekarno
Megawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

Para pejuang konfederasi pada perang sipil Amerika adalah pahlawan pemersatu bangsa. Namun, bagi orang kulit hitam mereka adalah perampas kebebasan dan pedagang manusia yang tidak berperikemanusiaan.

Melewati masa 200 tahun setelah kemerdekaan Amerika, sejarah kemudian berbalik. Puluhan ribu orang menurunkan patung Columbus dalam demonstrasi ‘’Black Lives Matter’’ sepanjang 2020.

Patung Columbus diambrukkan, dirusak, dan kemudian ditenggelamkan ke sungai. Nasib yang sama dialami oleh patung Jefferson Davies, presiden pertama konfederasi Amerika Serikat. Patung itu diturunkan, lalu dirusak, dan beramai-ramai ditenggelamkan ke sungai di Virginia.

Bangsa Amerika yang sudah merdeka 250 tahun dan dianggap sebagai contoh negara demokrasi paling sukses di planet bumi masih mengalami keterpecahan yang menganga seperti itu.

Bangsa Indonesia yang baru 76 tahun merdeka pasti punya problem kebangsaan yang jauh lebih serius daripada Amerika.

Negara-negara di Eropa Timur, di Asia Tengah, dan di beberapa wilayah lain juga mengalami hal yang sama. Ketika komunisme di seluruh Eropa ambruk, menyusul bubarnya Uni Soviet, puluhan ribu orang turun ke jalan merayakan kebebasan.

Ritual yang mereka lakukan terlihat seragam. Mereka beramai-ramai menurunkan dan menghancurkan patung para pemimpin komunis yang berdiri tegak selama puluhan tahun. Patung Stalin mereka hancurkan, patung Nicolae Ceausescu di Rumania dihancurkan, patung-patung Karl Marx dihancurkan di mana-mana.

Ketika rakyat Irak merasa terbebas dari kekuasaan Sadam Hussein--yang menjadi orang kuat selama puluhan tahun--yang mereka lakukan pertama adalah menurunkan patung besar Sadam Hussein di pusat kota Baghdad.

Megawati Soekarnoputri menginstruksikan jajarannya untuk membangun patung Soekarno.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News