PCR Mulia
Oleh Dahlan Iskan
Kini sudah begitu beda. Kejadian hari ini, langsung heboh hari ini juga. Hebohnya juga tidak bertahap. Langsung heboh seheboh-hebohnya. Seperti soal harga PCR itu.
Menko Luhut, Menteri BUMN dan kakaknya, bos grup Indika, jadi bulan-bulanan di medsos. Kalaupun mereka berniat membantu negara dan masyarakat, siapa yang memuji niat baik itu?
Sampai heboh hari ke-7 ini belum ada yang berani memuji mereka. Mungkin akan merasa kalah arus dengan hujatan. Atau merasa takut: akan ikut dihujat.
Menko Luhut Panjahitan tidak memilih sabar –sampai heboh itu reda. Bos Adaro, Boy Thohir, memilih tidak mengeluarkan komentar apa pun.
Menteri BUMN Erick Thohir ikut sikap kakaknya. Namun juru bicara menteri mencoba memberikan pembelaan.
Misalnya, kata sang juru bicara, porsi PCR yang dilakukan konsorsium Adaro-Luhut dkk itu hanya 2,7 persen dari total PCR di Indonesia.
Baik klarifikasi dari juru bicara Menko Luhut maupun dari juru bicara Erick Thohir seperti seperti lalu. Bahkan angin itu berbalik arah dalam bentuk badai. Salah satunya yang ditulis Agustinus Edy Kristianto. Yang viral menyertai badai balik itu. Judulnya:
EFFECT PENGUASA PENGUSAHA "PENGPENG EFFECT".