Pecegahan Kontaminasi Bromat di AMDK Harus Dilakukan oleh Semua Pihak
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN, Joddy Arya Laksmono menilai pemerintah dan produsen diminta untuk lebih proaktif guna mencegah potensi kontaminasi Bromat berlebih pada air minum dalam kemasan (AMDK).
Hal tersebut tak lepas dari sifat karsinogenik atau racun yang dimiliki Bromat apabila dikonsumsi masyarakat.
"Pengecekan yang terukur perlu dilakukan terhadap sumber bahan baku air mineral alami agar dapat mendeteksi sedari dini jika terdapat kandungan ion yang tidak diinginkan seperti Bromida," kata Joddy baru-baru ini.
Periset Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menjelaskan pengecekan tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya penurunan kualitas produk.
Riset itu memerlukan suatu metode berbasis bukti ilmiah.
Sebetulnya, sumber bahan baku air mineral alami ada yang mengandung ion Bromida maka perlu ada perlakuan khusus untuk dapat menghilangkan kandungan senyawa dimaksud.
Sebab, Bromida yang terkena ozon sebagai proses pemurnian air berubah menjadi Bromat.
"Sifat Bromida mudah mengalami dekomposisi membentuk senyawa lain serta memiliki pengaruh yang tidak baik bagi bioaktivitas manusia maupun hewan," katanya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN, Joddy Arya Laksmono menilai pemerintah dan produsen diminta untuk lebih proaktif guna mencegah kontaminasi Bromat
- PNM Peduli Kirim Bantuan Air Minum untuk Atasi Kekeringan di Gili Ketapang
- Pelaku Industri AMDK Galon Kuat Polikarbonat Minta Pemerintah Hentikan Kampanye Negatif Isu BPA
- Larangan BPA di UE Mulai 2024, Kapan Indonesia Menyusul?
- Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
- Gandeng BRIN, Mendes Yandri Yakin Sukses Majukan Desa hingga Tingkatkan GDP Indonesia
- Akustika Swara Indonesia dan BRIN Kembangkan Tabung Impedansi