Pedang Bermata Dua: Industri Nikel yang Menguntungkan Tapi Juga Mengancam Kesehatan dan Lingkungan

Pedang Bermata Dua: Industri Nikel yang Menguntungkan Tapi Juga Mengancam Kesehatan dan Lingkungan
Salah satu aktivitas pertambangan di Maluku Utara yang melakukan ekspor biji nikel ke luar negeri. Foto: Antara/Abdul Fatah

Jupri, seorang petani padi di provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki izin pertambangan nikel terbanyak di Indonesia, merasakan langsung dampak deforestasi.

Jupri mengatakan, saat musim hujan, sawah miliknya yang seluas 1,5 hektare terendam "air berwarna merah".

Di dekat sawahnya terdapat tambang nikel yang panjangnya hampir empat kilometer.

"Karena tidak ada kayu lagi, sudah dikikis orang yang menambang di atas, entah ada berapa tambang perusahaan nikel."

Akibatnya, menurut Jupri, padi menjadi kurus dan hasil panen menurun.

"Dulu bisa dapat enam sampai tujuh ton, sekarang hanya empat sampai lima," kata Jupri yang juga mengerjakan sawah milik orang lain dengan skema bagi hasil.

"Kami petani sengsara kalau musim hujan."

"Kalau airnya jernih kita petani senang, tapi ini keruh dari tambang, membuat tanah tidak subur."

Apakah kendaraan listrik benar-benar ramah lingkungan jika proses pembuatan baterainya memiliki dampak bagi kesehatan dan lingkungan? Bagaikan pedang bermata dua, ada keuntungan serta ancaman bagi warga yang tinggal di kawasan industri nikel

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News