Pegiat Kuliner Prihatin Buruknya Keamanan Pangan

Salah satu yang menjadi keprihatinan Santhi adalah persoalan buruknya keamanan pangan (food safety), khususnya di kalangan pedagang kaki lima. Tentunya kita tidak bisa menyalahkan PKL begitu saja.
“Banyak aspek terkait di dalamnya, mulai dari infrastruktur penyediaan air yang tidak higienis, pengetahuan (knowledge) tentang handling masakan yang tidak sehat, ataupun penggunaan bahan berbahaya yang tidak semestinya digunakan untuk makanan,” tutur Santhi.
Mengutip riset yang dilakukan Kementerian Perdagangan, Santhi mewanti-wanti 80 persen daging yang beredar di Jakarta yang dikira ayam sebetulnya berasal dari jenis etnah daging-daging apa yang kita tidak tahu.
Di sisi diversifikasi pangan, Santhi menunjukkan bahwa Indonesia sebetulnya beragam dalam kekayaan bahan makan karbo. Di Papua, masyarakat yang biasanya makan sagu sekarang didorong untuk makan beras.
Di banyak daerah, masyarakat sehari-harinya tidak mengonsumsi beras, tetapi ketela, umbi-umbian dan sebagainya. Santhi hadir bersama sejumlah pegiat kuliner menghadiri Kafe Solidaritas yang diselenggarakan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Pondok Indah Mall Jakarta, Jumat (26/6).
Tampak hadir Riyani Djangkaru, mantan presenter acara-acara petualang di televisi yang sekarang aktif mengkampanyekan pelestarian ikan hiu (Save Shark Indonesia), dan Sigit Kusumawijaya, inisiator komunitas Indonesia Berkebun. (awa/jpnn)
JPNN.com JAKARTA - Inilah kekayaan yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya budaya, tapi juga kuliner beragam di Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 5 Rahasia Resep Masker Kunyit untuk Kulit Wajah Cerah Alami, Nomor 2 Silakan Dicoba
- 7 Perbedaan Menarik Penggunaan Herbal untuk Alergi Makanan dan Debu
- Obati Sinusitis dengan Mengonsumsi 5 Herbal Ini
- 5 Rekomendasi Tempat Liburan Ramah Anak, Dekat di Jakarta
- 7 Perbandingan Herbal Lokal dan Obat Kimia untuk Batuk yang Perlu Anda Ketahui
- 7 Cara Mudah Mengolah Biji Ketumbar, Kolesterol Bakalan Tidak Berkutik