Pejuang Yang Tak Diperjuangkan

Pejuang Yang Tak Diperjuangkan
Pejuang Yang Tak Diperjuangkan
Masa-masa itu, ditutup dengan perundingan Meja Bundar, Desember 1949, yang mengakui kedaulatan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Walau Irian Barat sempat ditahan Belanda setelahnya, pejuang Tanah Air berhasil mengusir dan menjaga kedaulatan Tanah Air. “Ketika saya kembali ke Samarinda, tentara Belanda mulai meninggalkan Indonesia,” kata dia.

Kini, sejak kemerdekaan, hutan belantara tak lagi mendominasi Samarinda. Pusat kegiatan di Ibu Kota Kaltim ini pun makin meluas. Setiap orang dapat bersekolah setinggi-tingginya. Bertolak belakang dengan masa dulu, ketika Pahransyah dan sebayanya hanya bisa bersekolah sampai SD.

Yang makin membuatnya miris, kemerdekaan RI kerap disebut sebagai hadiah, lantaran Jepang yang ketika itu menduduki Indonesia diluluhlantakkan Amerika dan menyerah tanpa syarat pada sekutu. Anggapan itu jelas membuatnya geram. Apalagi ia turut berjuang mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi. “Ini jerih payah sendiri!” tegasnya.

Hal-hal baik, semangat perjuangan kemerdekaan, perlu tertanam sebagai jiwa nasional pada penerus bangsa. “Bukannya meniru hal-hal yang tidak baik. Saya juga mau menangis melihat keadaan sekarang ini,” ujarnya.

PADA zaman penjajahan, aktivitas di Samarinda hanya berpusat di sekitar Sungai Mahakam. Jauh dari sana, daratan Kota Tepian didominasi hutan belantara.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News