Pekerja Rumah Tangga Asal Indonesia Menyambut Baik Aturan Baru di Singapura

"Saya senang bisa hirup udara segar, bisa jalan sama teman-teman," katanya lagi.
Siti Salamah, yang sekarang berusia 41 tahun, mengatakan dia masih harus bekerja di Singapura karena harus membiayai sekolah anak-anaknya di Lampung.
"Ya kadang jenuh di sini, kadang bosan tapi ya kita betah-betahin bekerja. Kita tersenyum saja, walau dalam kata kadang sedih." katanya.
Banyak yang takut minta libur
Seorang pekerja Indonesia lainnya, Dini Irmalasari asal Blitar, Jawa Timur, termasuk yang beruntung, karena sudah secara teratur mendapatkan libur satu hari per minggu.
"Namun pekerja di sekitar tempat saya banyak yang belum dapat libur," katanya kepada ABC Indonesia.
"Kebanyakan mereka tidak berani meminta karena mungkin baru datang beberapa bulan. Juga ada yang terikat kontrak selama dua tahun pertama tidak dapat libur namun dibayar dengan uang," katanya.
Menurut Dini, hak untuk liburan satu hari tersebut akan sangat bermanfaat bagi para pekerja dari sisi kesehatan mental maupun perkembangan pribadi.
"Isu liburan ini sudah lama, dan aturan baru ini akan membantu pekerja yang kadang harus kerja 12 jam, 15 jam dalam sehari, mereka bisa stres kalau tidak dapat libur, tidak bisa bertemu dengan orang lain," katanya.
Mulai 1 Januari 2023, pekerja rumah tangga di Singapura wajib mendapatkan setidaknya satu hari libur dalam sebulan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Kementerian P2MI Memfasilitasi Kepulangan 124 Pekerja Migran dari Arab Saudi
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan