Pelajaran buat Sagan

Pelajaran buat Sagan
Pelajaran buat Sagan
"Saya kecewa, tetapi ini bisa menjadi pengalaman. Finis di urutan kedua pada balapan classics penting seperti Milan-San Remo bukanlah capaian yang buruk," kata pembalap berusia 23 tahun itu.

   

Setidaknya, dia mampu menaklukkan balapan yang berat dalam cuaca yang tidak bersahabat. "Balapan yang benar-benar aneh. Sangat dingin, bersalju, hujan, dan sempat diangkut bus. Ciolek benar-benar mengejutkan, tetapi begitulah San Remo. Anda berpikir menjadi favorit, ternyata bukan favorit yang menang," lanjutnya.

   

Jelang garis finis, Sagan sebenarnya sempat menunjukkan skill hebatnya dengan melewati Sylvain Chavanel (Omega Pharma-Quick Step) dan Ian Stannard (Team Sky). "Mungkin itu bukan hari saya. Berlomba, kadang menang, kadang kalah, tetapi harus tetap mencoba. Ini balapan classics pertama musim ini dan target pertama," terang Sagan.

   

Ciolek sendiri mengakui, dia sabar membuntuti Sagan karena dianggap sebagai unggulan utama. Dia juga tidak terpengaruh dengan pergerakan pembalap lainnya, termasuk Cancellara. "Dia favorit utama dan terbebani dengan target itu. Saya berusaha mengambil keuntungan dari situasi yang ada. Dia memiliki kaki yang cepat dan saya akhirnya bisa mengalahkannya," jelas pembalap asal Jerman itu.

   

SAN REMO - Kegagalan finis pertama di balapan Monument Milan-San Remo, Senin (17/3) menjadi pelajaran berharga buat Peter Sagan. Pembalap asal Slovakia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News