Pelaku Bom Times Square Beraksi Sendirian
Kamis, 06 Mei 2010 – 10:01 WIB
NEW YORK - Pria Amerika berdarah Pakistan yang dituduh sebagai pelaku bom mobil yang gagal di Times Square, akhir pekan lalu, diyakini bekerja sendiri dalam merencanakan serangan. Pihak berwenang di AS menyatakan, pria bernama Faisal Shahzad itu mempersiapkan pemboman tak berselang lama setelah kembali dari Pakistan. Diterangkannya pula, Sahzad kembali dari Pakistan pada 3 Februari 2010. "Mungkin ini menjadi indikasi untuk menempatkan sesuatu yang menimbulkan bencana dalam gerakan," sebutnya.
Hal itu terungkap dari dua gambar video hasil rekaman kamera pengawas, yang memperkuat dugaan bahwa Sahzad adalah tersangka pelaku pemboman. Kepada Associated Press, polisi di New York menyatakan, satu dari rekaman kamera pengawas menunjukkan Shahzad dengan bertopi baseball dan jaket hitam berjalan menjauh dari mobil Nissan Pathfinder yang megepulkan asap, yang terparkir di jantung kota yang sibuk.vSementara video kedua memperlihatkan Shahzad membeli kembang api di sebuah toko di Pennsylvania.
Seperti dikutip dari Associated Press, petugas polisi dari New York Police Department, Komisaris Raymond Kelly, mengatakan kepada panel di Senat bahwa Sahzad membeli senjata yang ditemukan di mobilnya di Bandara JFK, Maret lalu, atau ketika dia muncul untuk merencanakan pemboman. "Tampaknya ini muncul dari beberapa aktifitasnya di bulan Maret, ketika dia memutuskan untuk merealisasikan rencana pemboman," ujar Kelly.
Baca Juga:
NEW YORK - Pria Amerika berdarah Pakistan yang dituduh sebagai pelaku bom mobil yang gagal di Times Square, akhir pekan lalu, diyakini bekerja sendiri
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan