Pelanggan Warung Padang Mulai Protes
”Jadi biasanya kita beli cabe rawit sekilo, cabe keriting sekilo. Nanti dibagi dua, lalu digabungkan sama tomat untuk sambelnya. Memang ada pelanggan yang protes karena jadinya kurang pedas. Tapi mau bagaimana lagi,” katanya.
Terpisah, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kotim menyatakan tidak bisa menekan harga pasar.
Selama ini, kebanyakan produk di Kotim berasal dari luar daerah, begitu juga cabai rawit.
Kepala Bidang Perdagangan Disdagperin Kotim M Tahir menyebutkan, selama stok dari luar tidak berkurang, maka selama itu juga harga akan mengikuti kemauan pasar.
”Kita dari pemkab ini bukan tidak punya kebijakan, tapi kita tidak punya daya untuk itu karena kita tidak punya produk lebih untuk dilempar kepasaran demi menekan harga cabai itu,” jelasnya.
Menurunkan harga cabai baru bisa dilakukan dengan operasi pasar apabila pihaknya memiliki stok yang banyak. Tapi jika stoknya tidak mencukupi, tidak akan bisa.
”Kita harus memasukkan stok lebih banyak sehingga harga tertekan. Tapi saat ini, kita tidak punya stok banyak. Memang ada petani cabai di Kotim, tapi petani tidak bisa memenuhi konsumsi pasar. Kalau panen, paling banyak satu kwintal, satu kwintal biasanya sebentar saja habis dilempar ke pasaran,” pungkasnya. (sei/yit)
Harga cabai rawit di sejumlah pasar di Sampit, Kotawaringin Timur, Kalteng, masih cukup mahal yakni di kisaran Rp 150 ribu -Rp 160 ribu per kilogram.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Pantauan Harga Pangan Menjelang Natal & Tahun Baru
- Buaya Muara 2,5 Meter di Pulau Hanaut Dievakuasi BKSDA Sampit
- Harga Cabai Rawit hingga Keriting Makin Pedas, Sekarang Sudah Sebegini
- Kementan Gelar Aksi Cabai Murah Harga Petani, Dijamin Lebih Terjangkau, Yuk Buruan!
- BKSDA Amankan Lutung yang Tersengat Listrik di Sampit
- Aduh, Harga Cabai Rawit Merah di Solo Makin Pedas