Pelaporan Efek Samping Obat di Indonesia Sangat Rendah, BPOM Bikin Aplikasi Ini
jpnn.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI meluncurkan aplikasi e-MISO yang merupakan platform pelaporan farmakovigilans berbasis Android.
Adapun e-MISo merupakan sarana pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan/Efek Samping Obat (KTD/ESO).
Kepala BPOM RI Penny K Lukito mengatakan pelaporan KTD/ESO merupakan indikator penting yang menunjukkan bagaimana pemantauan keamanan obat di suatu negara berjalan dengan baik.
"Untuk itu, BPOM memerlukan dukungan peran aktif dari semua lintas sektor yang terlibat, yaitu industri farmasi, tenaga kesehatan, dan pasien atau masyarakat sebagai pengguna obat," kata Penny dalam keterangan tertulis, Selasa (21/3).
Penny menjelaskan pemantauan keamanan obat beredar merupakan bagian dari pengawasan post-market dan kegiatan itu lebih dikenal dengan istilah farmakovigilans.
Adapun, lanjut Penny, pelaporan KTD/ESO di Indonesia masih terkategori sangat rendah, yaitu kurang dari 10.000 laporan per tahun.
"Oleh karena itu, kesadaran tentang pentingnya pelaporan KTD/ESO harus terus dibangun," ujar Penny.
BPOM bakal terus berupaya membangun sistem farmakovigilans yang efektif dengan memperkuat program terstruktur dan mengoptimalkan dukungan sinergi lintas sektor pusat dan daerah. (cr1/jpnn)
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI meluncurkan aplikasi e-MISO yang merupakan platform pelaporan farmakovigilans berbasis Android, simak selengkapnya.
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Dean Pahrevi
- Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
- Bernardi, Produk Inovatif untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen Modern
- Master Bagasi Bikin Bangga Memakai Produk Indonesia di Mancanegara
- Bea Cukai Bersama BPOM & Asperindo Gelar FGD Bahas Pengawasan Impor Obat dan Makanan
- Pakar: Bahaya BPA Merupakan Ancaman Kesehatan, Bukan Isu Persaingan Usaha
- Telkomsel Sulap Aplikasi jadi Super App, Kenalkan 3 Fitur Hiburan