Pelataran Klenteng Dipenuhi Pengemis
Kendati sulit, di tahun Kuda Kayu ini Mak Mun berharap dapat rejeki berlimpah. Tidak seperti tahun sebelumnya, sampa Cap Gomeh (hari ke-15 Imlek) cuma dapat Rp 50 ribu. “Hari ini juga cuma baru dikasih orang yang sembahyang, dua kali Rp 5 ribu, biasanya cuma seribu atau dua ribu,” ujarnya.
Demi tambahan sedekah, Mak Mun biasanya bantu-bantu di klenteng. Bersih-bersih, mencuci dan menyapu klenteng. Tapi upaya itu sudah terlalu berat baginya. Sejak usia 60 tahun tak lagi dilakukannya. “Kalau jadi kuli nyuci dikasihnya sehari Rp 20 ribu, kalau nyapu Rp 10 ribu. Tapi yah, sekarang sudah gak kuat lagi, udah tua, jadi yah nembuyak aja,” keluhnya.
Selagi perempuan tua itu berkisah, satu rekan pengemisnya, Warni (50), tengah asyik memijit punggung Mak Min. “Yaelah bang, kalau ngasihnya seribu atau dua ribu sih cuma bisa buat ngopi, lebihin dikit ngapa,” ujar Warni.
Perempuan paruh baya yang akrab disapa Iing itu keturunan China Benteng. Ia asli Serang-Banten. “Saya juga anak empat, udah tinggal satu, yang laen udah pada mati,” tuturnya. Sebab itu, Iing terpaksa mengemis. Sekedar buat menyambung hidup, katanya. “Dapet juga gak banyak, di sini yah sampai Cap Go Meh nanti,” ujarnya.
Sama seperti yang lain. Tak hanya mengharap sedekah uang, para tuna wisma dan tuna karya itu juga berharap nasi bungkus. Satu penderma yang datang kala itu langsung diserbu. Mereka yang asyik duduk-duduk di pelataran spontan berdiri. Berdesakan sambil menjulurkan tangan.
Sementara para buruh di Wihara Dharma Bhakti tengah sibuk berbenah. Diantaranya membersihkan ratusan rupang dewa-dewi 17 altar yang ada di klenteng berusia lebih dari 400 tahun itu. Sebagian lainnya tengah menyusun dupa dan lilin-lilin besar besar berukuran dua meter. Berat lilin berwarna merah itu mencapai ratusan kuintal.
Sehari menjelang Imlek sore itu, Jim Suno tampak khusyuk berdoa di depan meja sembahyang di kuil yang mengagungkan Dewi Kuan Im (Welas Asih) ini. “Yah, memang Imlek ini seluruh umat saling menderma, mendoakan rejeki berlimpah, untuk itu harus mau berbagi dengan yang kesulitan,” ujar warga Jalan Toko Tiga itu.
Jim Suno sendiri berdoa untuk kesehatan dan kelancaran usahanya. Selain itu ia berdoa juga untuk kelancaran jodohnya. Sebab hingga usinya yang menginjak 70 tahun, Jim belum juga diberi istri.
PENGEMIS menghampar di pelataran pintu masuk klenteng. Pemandangan lumrah ini kerap terjadi jelang hari raya Imlek setiap tahunnya. Sepuluh hari
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS