Pelemahan Kurs Berpotensi Tekan Nilai Impor

’’Harga jual menjadi lebih mahal sehingga produk Indonesia menjadi tidak berdaya saing di pasar internasional,’’ terangnya.
Dampak pelemahan kurs terhadap kinerja impor tidak serta-merta terlihat. Dampaknya baru terlihat 3–4 bulan ke depan.
Alasannya, perdagangan luar negeri biasanya memakai sistem kontrak.
Pelemahan kurs juga tidak mampu mendorong ekspor.
Alasannya, kondisi negara-negara mitra dagang RI sedang tidak bagus sehingga permintaan impor tidak setinggi sebelumnya.
Selama Oktober, impor nonmigas didominasi mesin-mesin atau peralatan mekanik dengan nilai USD 148,39 juta.
Setelah itu, diikuti besi dan baja, plastik dan barang dari plastik, perhiasan/permata, serta bungkil industri makanan.
Dari sisi impor, Tiongkok menjadi negara mitra utama dengan nilai USD 333,37 juta, disusul AS senilai USD 103,66 juta, dan Singapura USD 75,32 juta.
SURABAYA – Pelemahan nilai tukar rupiah membayangi kinerja ekspor-impor di Jatim. Kurs yang lemah dikhawatirkan terus menekan nilai impor.
- Libur Lebaran Usai, Tanjung Priok Kacau: Apa yang Salah dengan Sistem Indonesia?
- PKSS Perkenalkan Contact Center 1500399 untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Bisnis
- Pemegang Saham Pelita Air Kukuhkan Kembali Dendy Kurniawan sebagai Direktur Utama
- Bank Raya Targetkan 10 Ribu Nasabah Baru pada Pesta Rakyat Nusantara di TMII
- Kemacetan Panjang di Pelabuhan Tj Priok, Ketum INSA Bilang Begini
- Harga Pangan Hari Ini, Bawang Merah Menurun, Cabai Masih Tinggi