Pelemahan Rupiah dalam Level Aman
jpnn.com - JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai level terendah selama enam tahun terakhir dinilai sebagai sesuatu yang wajar. Hampir semua mata uang tengah terpengaruh kondisi perekonomian dunia yang tengah lesu darah.
Vice President for East Asia and The Pacific Bank Dunia Axel van Trotsenburg mengatakan, depresiasi rupiah yang saat ini yang mecapai 12 persen sepanjang enam bulan terakhir tidak begitu dalam jika dibandingkan beberapa negara lainnya. Misalnya, Yen Jepang yang anjlok hingga 20 persen dan Rubel Rusia yang jatuh hingga 50 persen. Posisi pelemahan rupiah hanya kalah dengan Won Korea yang turun 11 persen selama beberapa bulan terakhir.
"Tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak terpengaruh kondisi perekonomian global. Namun, banyak juga yang cukup berhasil dengan adanya pengaruh ekonomi global," katanya dalam pemaparan Indonesia Economic Quarterly di Jakarta kemarin (8/12).
Merujuk data Bloomberg, rupiah kemarin diperdagangkan melemah terhadap USD mencapai 0,74 persen ke level Rp 12.389,5 per USD. Sementara data kurs tengah BI menunjukkan, pada awal pekan rupiah melorot 0,455 persen menjadi Rp 12.352 per USD. Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia masuk ke zona merah kemarin. Pelemahan juga dialami Peso Philiphina mencapai 0,13 persen dan Yuan Tiongkok serta Rupee India yang masing-masing turun 0,31 persen dan 0,15 persen. Sementara Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing melemah 0,09 persen dan 0,70 persen.
Lead Economist World Bank-IndonesiaM Ndiame Diop menambahkan, pelemahan rupiah tersebut justru memantik potensi positif bagi Indonesia.
"Karena ini akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Khususnya, untuk ekspor non komoditas," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini kinerja ekspor non komoditas Indonesia tumbuh signifikan. Terlihat dari adanya penguatan terhadap ekspor produk-produk manufaktur Indoensia. Meski, ekspor non komoditas perlu digenjot lagi karena share terhadap total ekspor masih kecil ketimbang ekspor komoditas. Padahal, kondisi sekarang ekspor komoditas tidak begitu menguntungkan karena adanya tren penurunan harga.
"Tiongkok meskipun mengalami perlambatan masih tumbuh tinggi. Sehingga bisa tetap jadi alternatif pasar bagi Indonesia selain ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang," ujarnya.
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai level terendah selama enam tahun terakhir dinilai sebagai sesuatu yang wajar. Hampir semua mata
- ASDP Catat Lebih dari 1.400 Kendaraan Menyeberang menuju Pulau Samosir Libur Nataru 2024-2025
- Tingkatkan Profit UMKM Lewat Digitalisasi dan Pelatihan Pasar
- Dukung Reformasi Berkelanjutan di Bea Cukai, Bappisus Tekankan Pentingnya Kolaborasi
- Jamkrindo Bantu Pelaku UMKM yang Sulit Dapat Akses Modal Perbankan
- Bea Cukai Kalbagsel dan Instansi Terkait Dukung Pelaku Usaha Lokal Tingkatkan Ekspor
- Mohon Diperhatikan, Insentif Pemerintah Tidak Cukup Bantu Masyarakat