Pelemahan Rupiah Picu Aksi Spekulasi
Pengusaha Tahan Margin Usaha

Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya menyampaikan, struktur industri di Indonesia yang intensif pada impor menjadi pemicu pelemahan rupiah terhadap valas. Lantaran itu, untuk mengurangi impor, perlu ada industri substitusi impor. Hal itu juga ditekankan terhadap investasi langsung asing (FDI/foreign direct investment) yang harus berorientasi ekspor.
"Sekarang memang ada tren deindustrialisasi. Di Jawa, misalnya. Sektor manufaktur terhadap PDB semakin menurun. Karena itu, harus kembangkan industri pemrosesan sumber daya alam (SDA) untuk nilai tambah yang tinggi," jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan, turnover dolar di pasar akhir-akhir ini sebetulnya tidak terlalu banyak. Meski begitu, dia mengakui ada kenaikan permintaan dolar menjelang akhir tahun yang dinilai masih wajar. "Karena tipisnya pasar, permintaan USD itu merayap naik pelan-pelan ke atas 11.700," paparnya.
Saat rupiah melemah di angka 11.700 per USD, muncul kekhawatiran. Jika rupiah menembus threshold 11.800, pemain pasar melihat kurs bakal tembus ke atas 12.000 per USD.
"Itu yang kemudian mendorong kepanikan di offshore, yang tadinya anteng di 11.500-an, langsung jump rate-nya ke atas 11.800. Spekulatif behavior muncul di pasar," tandasnya. (gal/ca)
JAKARTA - Kekhawatiran dunia usaha terhadap terus melemahnya rupiah terhadap dolar AS ditepis oleh Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter tersebut
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- GAPPRI Sarankan Lebih Baik Kampanye Edukasi Dibanding Pembatasan Penjualan Rokok
- Bank DKI Lakukan Pemeliharaan Sistem, untuk Jaga Keamanan Nasabah
- Bangkit Lewat Bale Berdaya, UMKM Sumbawa Menuju Panggung Nasional
- Arus Balik Lebaran 2025, 180.722 Kendaraan Melintas di Tol JTTS
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- PIK 2 Dinilai Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Pesisir