Peliknya Menangani Musibah Nuklir karena Gempa, Belajar dari Jepang

Melebihi Ketakutan yang Disebabkan Bencana Nuklir Chernobyl

Peliknya Menangani Musibah Nuklir karena Gempa, Belajar dari Jepang
Seorang petugas pemantau sedang menguji makanan dari kemungkinan tercemar radiasi nuklir akibat bocornya PLTN Fukushima. Foto : Rohman Budijanto/Jawa Pos
 

Tak dinyana pula, bencana nuklir itu juga menyenggol reputasi produsen anggur (wine) di Yamanashi.  Prefektur itu disebut sebagai "kerajaan buah Jepang" karena anggur dan pir tumbuh bagus. Tak mengherankan bila 80 pabrik wine di provinsi itu yang punya tradisi sejak 1.800-an. Jepang memang punya arak tradisional, yakni sake. Tapi, wine Yamanashi bergaya Barat karena orang Jepang belajar ke Prancis untuk membuat wine.

 

Kami juga berkunjung ke pabrik wine Soryu Winery di Kota Koshu. Bosnya, Takui Suzuki, menyambut kami dengan ramah. Suzuki yang sudah separo baya itu menceritakan bahwa kampanye untuk menjaga kepercayaan kepada wine dari Yamanashi sampai ke Eropa, termasuk ke Inggris.

Mereka meyakinkan bahwa produk tersebut tak ada yang berhubungan dengan radiasi PLTN Fukushima. "Sambutan mereka positif," kata Suzuki sambil menunjukkan gambar-gambar suasana pameran yang mengundang para penggemar dan kritikus wine itu.

 

Wine Jepang menawarkan rasa khusus karena pohon anggurnya tumbuh berbeda dengan di daratan Eropa. Untuk meyakinkan, dia mengeluarkan tiga jenis wine, dua botol berwarna bening kekuning-kuningan dan satu botol berwarna merah (red wine).

Gempa di Aceh mengingatkan betapa wilayah Indonesia labil. Persis dengan Jepang. "Untunglah" Indonesia tidak punya reaktor nuklir. Wartawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News