Peliknya Menangani Musibah Nuklir karena Gempa, Belajar dari Jepang
Melebihi Ketakutan yang Disebabkan Bencana Nuklir Chernobyl
Minggu, 15 April 2012 – 00:45 WIB
Ketika kami ditawari untuk mencicipi, Mohamed Shokeir, jurnalis senior Al Jazeera dari Doha, Qatar, memandang kepada saya. Saya menggeleng karena alasan agama. Dia lalu juga menggeleng. Kami berdua menyaksikan rekan-rekan kami, Su Qi (Tiongkok), Ulrike Scheffer (Jerman), Priscilla Jebaraj (India), dan Lee Sung-Ki (Korsel), mencicipi wine itu dari sloki.
"Saya suka rasanya. Lebih ringan," komentar Ulrike Scheffer. Jurnalis harian Der Taggespiegel di Berlin itu membandingkan dengan wine di negaranya yang disebutnya lebih kental.
Kami lalu diajak ke ruang bawah gudang wine dan ke pabrik tempat pengolahannya. Di sana ada tabung-tabung besar tempat fermentasi anggur. Tapi, saat itu pabrik sedang tidak beroperasi. Bukan karena sepi pesanan gara-gara bencana nuklir. Namun, pabrik tersebut memang hanya bekerja ketika musim panen anggur. Saat ini sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi. Anggur juga baru akan bersemi. Satu musim produksi, Soryu Winery bisa menghasilkan 1,2 juta liter. Per botol berisi 0,9 liter.
Setelah bencana nuklir setahun berlalu, Soryu Winery kini lebih tenang. Kepercayaan konsumen mulai pulih. Itulah konsekuensi sebagai bangsa. Meskipun jaraknya jauh, karena sesama wilayah Jepang, apa yang terjadi di Fukushima juga mencemari wilayah lain. Padahal, di Fukushima sendiri radiasi juga tidak berada di level bahaya.
Gempa di Aceh mengingatkan betapa wilayah Indonesia labil. Persis dengan Jepang. "Untunglah" Indonesia tidak punya reaktor nuklir. Wartawan
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala