Peluang dan Risiko Penggunaan Kecerdasan Buatan
Oleh: Odemus Bei Witono - Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara
jpnn.com - Dalam dua tahun terakhir, saya mempunyai perhatian terhadap penggunaan kecerdasan buatan.
Awalnya saya merasa ragu bagaimana harus bersikap terhadap kenyataan bahwa kecerdasan buatan di zaman kontemporer hadir sebagai realitas.
Banyak orang, mulai dari kalangan muda hingga senior mulai melirik bagaimana memanfaatkan penggunaan kecerdasan buatan, khususnya dalam dunia pendidikan.
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa kecerdasan buatan, mampu merumuskan kata-kata penuh empati, belas kasih, dan mengandung rasa kemanusiaan yang tinggi.
Akan tetapi itu hanya rumusan kata-kata yang dihasilkan oleh mesin.
Paus Fransiskus (2024) mengungkapkan bahwa kebijaksanaan hidup tidak dapat diperoleh dari mesin.
Kata empati dan belas kasih perlu dilatihkan dalam kenyataan hidup dan bukan hanya dikatakan.
Meskipun istilah "kecerdasan buatan" kini lebih umum digunakan daripada "pembelajaran mesin" yang lebih tepat dalam literatur ilmiah, penggunaan kata "kecerdasan" dapat menyesatkan.
Banyak orang, mulai dari kalangan muda hingga senior mulai melirik bagaimana memanfaatkan penggunaan kecerdasan buatan, khususnya dalam dunia pendidikan.
- Wakil Ketua MPR: Kualitas Pendidikan Harus jadi Perhatian Semua Pihak
- Warga LDII Diminta Netral, Bijak Menggunakan Hak Pilih di Pilkada
- Sekolah Cendekia Harapan Raih 7 Penghargaan Bergengsi, Hadirkan Pendidikan Berbasis Penelitian
- Dukung Dunia Pendidikan, Swiss-Belhotel Pondok Indah Kucurkan Donasi lewat GNOTA
- Ibas Ajak Perempuan Sadar Akan Potensinya
- KAI Logistik Goes to School Salurkan Ribuan Buku untuk Murid SD