Peluang Ekspor Industri Fashion Lokal
jpnn.com - Industri fashion lokal dipacu untuk menangkap peluang permintaan fashion global. Kementerian Perdagangan menyebutkan, kebutuhan impor pasar fashion Amerika Serikat meningkat 2,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan tersebut bahkan diprediksi terus melambung hingga 2022.
Data itu disampaikan Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA). Memanfaatkan momen peningkatan permintaan tersebut, dua brand lokal Indonesia diboyong untuk mengikuti pameran di LA beberapa waktu lalu. Yakni, Old Blue Co dan Unionwell.
Partisipasi Old Blue Co dan Unionwell merupakan salah satu upaya ITPC LA memperkenalkan merek pakaian Indonesia ke pasar AS. Juga, menangkap peluang dari tren pakaian pria yang dinamis di AS. "Kita akan terus mencari cara-cara inovatif lainnya untuk mendukung penetrasi merek Indonesia ke pasar AS," ujar Kepala ITPC LA Antonius A. Budiman kemarin (22/8).
Pada periode Januari-Juni 2018, impor produk luaran (outerwear) dan celana pria AS dari dunia senilai USD 4,2 miliar. Meningkat 2,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang tercatat USD 4,1 miliar. Periode Januari-Juni 2018, Indonesia merupakan negara asal impor ke-5 untuk produk pakaian pria AS yang tercatat senilai USD 138,7 juta. Meningkat 4,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 sejumlah USD 129,6 juta.
"Ekspektasi buyer yang tinggi kami jadikan sebagai pelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan produk sehingga Unionwell bisa semakin siap melakukan penetrasi pasar ke AS," ungkap Pramadita Tasmaya, salah seorang pemilik Unionwell.
Sementara itu, Old Blue Co yang menampilkan celana jins berbahan raw denim juga mendapatkan respons positif. Beberapa buyer skala grosir sudah melakukan trial order. "Banyak buyer potensial atau pengamat produk denim yang tidak menyangka bahwa celana jins ini buatan Indonesia. Sebab, pada umumnya penjual produk celana jins berbahan raw denim yang berkualitas tinggi berasal dari AS, Jepang, dan Eropa," ujar pendiri Old Blue Co Ahmad Hadiwijaya.
Pada periode 2017-2022, tren pasar pakaian pria di AS diperkirakan naik 1,4 persen. Nilai itu lebih tinggi daripada pertumbuhan pasar pakaian perempuan yang sebesar 0,8 persen. Sedangkan pasar grosir pakaian pria di AS tercatat USD 48,8 miliar dengan keuntungan yang diperoleh pelaku pasar dan industri USD 2,4 miliar. Sementara itu, pertumbuhan pasar ritel pakaian pria AS pada 2018 diprediksi USD 74,8 miliar. Naik 20,5 persen dibandingkan dengan 2013 yang mencapai USD 62,1 miliar.
Selain industri fashion untuk outwear pria dan perempuan, industri fashion muslim Indonesia disebut memiliki daya saing yang baik. Kementerian Perindustrian menyebutkan, Indonesia mampu mencatatkan nilai ekspor produk fashion muslim hingga USD 12,23 miliar tahun lalu. Pada 2016 pasar fashion muslim di dunia mencapai USD 254 miliar. Diprediksi, pada 2022 ada pertumbuhan pasar sebesar 6,6 persen sehingga menjadi USD 373 miliar.
Pada periode Januari-Juni 2018, impor produk luaran (outerwear) dan celana pria AS dari dunia senilai USD 4,2 miliar
- Bidik Fashion Gen Z, Metrox Group Hadirkan Yescci
- NOIE STUDIOS Tampil di Ajang Fashion Internasional
- Brand Lokal JINISO Raih Penghargaan Bergengsi
- Kisah Sukses Perjalanan Bisnis Mybamus, Brand Fashion Muslim Lokal yang Go Pasar Internasional Bersama Shopee
- Peluncuran Online Eksklusif Heart Bag Kolaborasi Voneworld & Heart Evangelista, Hanya di Shopee
- 7 Tahun Berkarya, VAIA Persembahkan 'Soiree of Translucent Tales'