Peluang Gaet Investor Timur Tengah
Rabu, 20 Agustus 2008 – 21:22 WIB
JAKARTA--Peluang menggaet investasi masuk Indonesia terbuka lebar melalui pameran bertaraf Internasional bertajuk Dubai Global Village. Selain akan diikuti negara-negara industri se-dunia, pameran yang rencananya digelar mulai 12 November 2008 hingga 21 Februari 2009 ini sekaligus menjadi ajang para investor, khususnya Timur Tengah, untuk menjajaki investasi di negara lain. Tak salah, Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) M. Wahid Supriyadi berharap Indonesia bisa menjemput peluang tersebut melalui partisipasi pemerintah daerah atau instansi lembaga pusat, dengan jalan ambil bagian pada Dubai Global Village. Penegasan Wahid disampaikan saat menerima CEO Sakalino International Mediacomm, Rafsel Ali, di Kantor Kedubes RI untuk UEA, Abu Dhabi, Rabu 20 Agustus 2008. "Apalagi bagi BUMN, bisa menjadikan even ini promosi menggaet investor," tegas Rafsel mengutip penegasan Dubes RI. Menurut Dubes, peluang berpartisipasi dalam pameran yang akan dilaksanakan di atas kawasan seluas 160 hektare, sangat menjanjikan untuk menggaet investor, utamanya, sektor agrobisnis, pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, serta pertambangan dan energi. Peluang tersebut juga diperkuat dengan wacana pembentukan asosiasi pengusaha Indonesia-Abu Dhabi. Asosiasi yang masih dalam tahap pembicaraan ini nantinya akan mempermudah akses informasi, serta menguatkan jalinan kekerabatan pengusaha Abudhabi-Indonesia. Dubes RI juga menegaskan, Indonesia bukan negara asing bagi investor Timur Tengah. Buktinya saat ini Fabtec dan Dubai Drydocks World, group investor asal Timur Tengah, sedang membangun pelabuhan serta galangan kapal di Batam dengan total investasi USD500 Miliar. Bukan itu saja, salah satu investor Timur Tengah juga sedang membangun resort senilai USD600 juta di Lombok. Khusus untuk pemerintah Batam, Dubai Global Village bisa seklaigus menjadi batu loncatan untuk mematangkan rencana dibentuknya Sister City Dubai dan Batam. Kerjasama itu bertujuan mempermudah masuknya investasi ke Batam, menyusul penetapan Batam Bintan dan Karimun sebagai zona pasar bebas atau Free Trade Zone atau (FTZ). Pemerintah Indonesia menargetkan Utusan Khusus Indonesia untuk Timur Tengah Alwi Shihab sanggup menggaet investasi Timur Tengah senilai USD5 Miliar. Menurut Rafsel, angka tersebut bulanlah target yang sulit bagi Indonesia andai saja kerjasama eknomi Indonesia dengan Timur Tengah, khususnya di Dubai, dipererat. "Bersama Dubes RI untuk UEA, kami sudah melakukan sounding dengan pengusaha Dubai. Hasilnya, angka USD 5 miliar sebenarnya tidak tunggu dan bisa ditutupi oleh satu pengusaha Dubai saja," terang Rafsel. Syaratnya, Indonesia harus memberikan kemudahan proses. Dubai Global Village menyediakan sedikitnya 31 paviliun. Dibangun di tengah kota Dubai dengan kelengkapan fasilitas modern seperti attractions dan experince world, retail dan entertainment, world theme leisure and vacation, Saat digelar tahun lalu, berhasil membukukan pengunjung lima juta orang. Saat ini, Sakalino International Mediacomm yang notabene anak perusahaan pelaksana Dubai Global Village, PT. Sim, sedang melakukan survey pemantapan dan persiapan paviliun Indonesia. Untuk mendukung dan menegaskan keberadaan paviliun Indonesia, pelaksana sudah menyiapkan program khusus seperti Indonesia Day's And Bazaar serta Pertunjukan Musik Kontemporer Indonesia, disamping opening dan closing ceremony. (ysd)
Baca Juga:
JAKARTA--Peluang menggaet investasi masuk Indonesia terbuka lebar melalui pameran bertaraf Internasional bertajuk Dubai Global Village. Selain akan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Insight Investments & PKBI Berkolaborasi Bantu Korban Erupsi Gunung Lewotobi
- Kasus Timah, Saksi Ahli Soroti Pihak yang Berwenang Menyatakan Kerugian Negara
- Wamenlu Anis Matta Puji Upaya Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina
- Jelang Natal & Tahun Baru, Senator Manaray Bersama Kemenhub Sepakat Awasi Harga Tiket ke Papua
- Hamdan Zoelva Berharap Hakim Kasus Tom Lembong Independen dan imparsial
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi