Peluang Medsos
Oleh: Dahlan Iskan
Rumah mereka di negara bagian Maryland. Hanya sepelemparan batu dari Washington DC.
Sehari sebelumnya keluarga ini memang baru menguburkan kakak laki-laki Tabitha. Yang meninggal beberapa hari sebelumnya: bunuh diri.
Sang ayah sebenarnya juga masih sangat terpukul. Di lengan bajunya masih bertanda hitam –seperti tanda dari luka khas keluarga Yahudi.
Tommy, yang bunuh diri di umur 25 tahun itu, anak yang sangat cerdas. Ia kini tahun kedua di Harvard –untuk S-2 bidang hukum. Tommy mestinya akan bisa menjadi ahli hukum seperti Raskin –profesor hukum tata negara.
Namun anak itu mengalami depresi. Bunuh diri. Tabitha tidak ingin hari berikutnya adalah hari pengunduran sang bapak. Tapi sang bapak tidak bisa absen.
"Saya harus ke Capitol. Saya sudah disumpah untuk menegakkan konstitusi," ujar sang ayah. Apalagi ia sudah ditunjuk sebagai ketua tim perumusan UU. Termasuk waktu impeachment dulu. Dan impeachment sekarang ini.
Acara sidang hari itu sendiri adalah pengesahan Joe Biden sebagai presiden terpilih. Yang dulu-dulu acara seperti itu hanya formalitas.
Empat tahun lalu, di acara pengesahan yang sama –untuk Presiden Trump–, Raskin termasuk yang menolak Trump disahkan. Alasannya: Pilpres kali itu disusupi Rusia. Tapi tidak sampai heboh-heboh. Penolakan biasa.