Pemadaman Listrik Bergilir Berakhir

Pemadaman Listrik Bergilir Berakhir
Pemadaman Listrik Bergilir Berakhir
Saat ini Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang sudah bersedia membangun proyek terminal gas terapung yang akan sangat berguna untuk menampng gas dari ladang ke pusat-pusat industri. "Mereka perlu diberi tax holiday untuk beberapa tahun pertama sehingga investor bisa memperoleh hitung-hitungan yang ekonomis,? tukasnya.

Saat ini, kata Priagung, PLN masih membutuhkan pasokan gas yang besar untuk menunjang operasional pembangkit listriknya. Menurut hitungan Reforminer Institute, PLN masih butuh gas sebesar 373,73 MMBTU. "Itu dihitung dari total kapasitas terpasang pembangkit PLN," cetusnya.  Jika itu tidak dipenuhi maka PLN akan terpaksa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang harganya mahal. "Jika ICP (harga minyak Indoensia) USD 80 per barel dan harga gas antara USD 4-6 per MMBTU maka selisih biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar BBM dan gas itu antara Rp 23,38 - 30,26 triliun," lanjutnya.

Namun, jika pasokan gas tersebut dapat dipenuhi maka PLN akan bisa menurunkan BPP (biaya pokok penyediaaan) listrik sebesar Rp 161,78  hingga Rp 209,38 per kilowatt per hour (KWH). Itu tentu saja akan meningkatkan kinerja PLN. "Setidaknya BPP bisa turun hingga Rp 1.100 per kwh. Jadi selisihnya ke harga jual semakin sedikit," jelasnya. (sof/wir/ari)
Berita Selanjutnya:
Konsentrasi Penguatan Modal

JAKARTA --Pemadaman bergilir akibat kekurangan daya sudah bisa diatasi sesuai tenggat 30 Juni lalu. Saat ini PT PLN (Persero) berkonsentrasi untuk


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News