Pemain Sepak bola Profesional Bertahan Hidup Dengan Main di Tarkam?
PSSI telah menerbitkan surat keputusan yang isinya klub berhak memangkas gaji pemain hingga 75 persen dari nilai kontrak.
Dengan kata lain, pemain hanya digaji seperempatnya saja dalam ketiadaan kompetisi.
Nilai itu berdasarkan perhitungan PSSI dengan dasar asumsi semua pihak terkena imbas dari pandemi COVID-19, sehingga pemain harus mafhum atas segala keputusan tersebut.
Bagi para pemain yang menggantungkan hidupnya dari sepak bola, tentu berat dan mereka harus memutar otak agar nominal tersebut bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Belum lagi jika klub menunda atau memangkas lagi gaji karena sama-sama tak ada pemasukan.
Kucuran sponsor terhenti, pendapatan dari tiket tak ada, pemangkasan dana subsidi dari operator kompetisi pun bisa saja terjadi.
Padahal ada istri yang dapurnya harus tetap ngebul, ada anak yang merengek jajan, sehingga pada akhirnya para pemain ada dalam batas melakukan pekerjaan apa saja demi menghidupi keluarganya, termasuk bermain di tarkam.
Maka, ketimbang mencaci-maki para pemain yang bermain tarkam demi keberlangsungan hidup mereka, lebih baik melimpahkan energi dan emosi mencari jawaban, kenapa pandemi tak kunjung usai?
Pemain sepak bola profesional mencoba bertahan hidup dengan bermain pada pertandingan sepak bola antarkampung (tarkam). Benarkah?
- PSM Makassar Mengajukan Banding Atas Pembatalan 3 Poin
- Reaksi PSM Makassar Terkait Hukuman Pengurangan Poin Imbas Insiden 12 Pemain
- Buntut Insiden Pemain ke-12 saat Jumpa Barito Putera, PSM Makassar Mendapat Sanksi Ini
- Persita Vs PSM Makassar Berakhir Dramatis, 10 Pemain Tampil Luar Biasa
- Apa Ancaman Hukuman PSM Makassar Setelah Memainkan 12 Pemain?
- 4 Gol Mewarnai Laga Malut United Vs PSM Makassar