Pemaksaan Narasi Pilpres Satu Putaran Sebagai Pembajakan Demokrasi

Pemaksaan Narasi Pilpres Satu Putaran Sebagai Pembajakan Demokrasi
Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani mengatakan narasi Pilpres 2024 satu putaran meruntuhkan kualitas demokrasi ketika terus digaungkan dan menghalalkan segala cara. Foto: Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Neni menekankan pentingnya kesadaran publik untuk melihat narasi semacam ini.

"Memang kalau narasi ini terus digulirkan dan ini akan kuat membentuk opini publik di masyarakat," ujar Neni.

Anggaran Pilpres dua putaran pun sudah menjadi konsekuensi dari proses demokrasi yang sehat.

"Terkait dengan anggaran seharusnya ini sudah menjadi konsekuensi dan pasti sudah dianggarkan juga oleh KPU yang sudah berkonsultasi dengan pemerintah dan DPR," ujarnya.

Dengan demikian, alasan pilpres satu putaran demi menghemat uang negara justru terkesan dipaksakan.

"Alasannya menurut saya sangat klasik dan cenderung dipaksakan," tegas Neni.

Menurut Neni, menghemat anggaran bisa dilakukan dengan cara lain bukan membajak demokrasi dan pemilu menjadi pertaruhan.

"Kami kan berharap pemilu ini bisa berjalan free and fair election. Kalau narasi satu putaran yang tidak berjalan alamiah itu terus diperkuat maka 2024 ini menjadi kegagalan demokrasi," pungkas Neni.(fri/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani mengatakan narasi Pemilu satu putaran meruntuhkan kualitas ketika dilakukan dengan menghalalkan segala cara.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News