Pemalsuan Seni Indonesia Dibahas di Melbourne
Jenis pemalsuan yang sering menipu kolektor bukanlah yang menggunakan cara penjiplakan sebuah lukisan asli, jelasnya, melainkan dengan cara membuat lukisan baru namun menggunakan gaya melukis yang sering dipakai seorang maestro, lalu lukisan baru itu dijual sebagai karya asli sangmaestro.
Lesley Alway, direktur lembaga Asialink Arts, yang bernaung di bawah University of Melbourne, menyatakan bahwa masalah pemalsuan karya pun masih muncul di Australia, terutama dalam bidang seni khas bumiputera.
“Saya rasa [pembahasan ini] sudah pernah kita dengar sebelumnya di Australia, dengan adanya booming seni bumiputera aborigin,” ucapnya.
Ketimpangan dan Keberlanjutan
Selain masalah seputar pemalsuan karya, berbagai masalah lain seputar dunia seni di Asia dan Australia dibahas dalam simposium tersebut.
Kelly Gellatly, direktur Museum Ian Potter di Melbourne, mempertanyakan apakah seniman dari negara-negara dengan penghasilan rendah seperti Indonesia mendapat perlakuan beda saat diundang ke Australia dibanding seniman dari negara maju.
Ia juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa kegemaran akan seni dari negara-negara Asia bisa jadi semacam demam atau tren yang akan berlalu.
Kurangnya pengetahuan tentang sejarah seni adalah salah satu sebab mengapa karya seni palsu, yang mengatasnamakan nama maestro Indonesia, banyak
- Jumlah Penularan Kasus HMPV Terus Bertambah di Tiongkok, Virus Apa Ini?
- Dunia Hari Ini: Facebook dan Instagram Akan Berhenti Menggunakan Mesin Pengecek Fakta
- Dunia Hari Ini: PM Kanada Justin Trudeau Mundur karena Popularitasnya Menurun
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman
- Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025