Pembangunan Daerah Stagnan, DPD Tuding Parpol
Selasa, 03 Maret 2009 – 18:55 WIB
“Para pengambil kebijakan di Jakarta, baik pemerintah maupun parlemen yang berasal dari partai-partai politik, tidak memedulikan daerah. Padahal, dibutuhkan segera penyelesaian teknis dan strategis. Banyak problematika rumit di daerah tapi Jakarta tidak kunjung peduli,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, partai politik hanya menjadikan 500-an daerah provinsi, kabupaten, dan kota sebagai ajang rebutan kekuasaan. “Di sana terjadi perebutan kekuasaan setiap hari,” ujarnya. Kemunculan partai-partai politik tidak berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas pembangunan di daerah. “Justru yang terjadi sebaliknya.”
Dia tambahkan, kerusakan birokrasi di daerah juga disebabkan partai politik. Apalagi, sejak era pemilihan gubernur, bupati, walikota, setiap pejabat terpilih akan memenuhi janji-janji serta tuntutan-tuntutan pendukungnya. “Birokrasi pun diacak-acak. Pengacak-acakan serius sekali,” tukasnya.
Parahnya lagi, kecenderungan daerah untuk etnis tertentu sejak keharusan putera daerah sebagai gubernur, bupati, walikota, hingga pejabat daerah di bawahnya dan pegawai-pegawai daerah. “Sehingga, yang dilayani etnik, yang melayani etnik, atau daerah dianggap sebagai bagian negara yang berbasis etnik.
JAKARTA - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menuding partai politik (parpol) sebagai faktor terhentinya pembangunan di daerah. Partai-partai politik
BERITA TERKAIT
- 5 Berita Terpopuler: Honorer Sudah dapat Pembekalan Kepegawaian, Jangan Lupa Cetak Kartu Seleksi PPPK
- BLU di Bidang Pendidikan Tingkatkan Daya Saing untuk Masa Depan Berkelanjutan
- Ditjen Bina Keuangan Daerah dan KPK Gelar Rapat Koordinadi untuk Membahas Draf MCP Tahun 2025-2026
- 410 Personel Brimob Terima Satya Lencana Dharma Nugraha, Penghargaan Apakah Itu?
- Ada Kontroversi di Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Komnas HAM Angkat Bicara
- IMDE Gelar Kuliah Umum Bertema Tips dan Trik Wawancara Tokoh