Pembantai Gajah Sumatera Masih Berkeliaran, Ternyata Begini Modusnya

Pembantai Gajah Sumatera Masih Berkeliaran, Ternyata Begini Modusnya
Tim identifikasi Polres Aceh Timur memeriksa bangkai gajah sumatra yang mati di kawasan perkebunan sawit di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Kamis (21/11). Foto : Antara Aceh/HO

Mereka secara spesifik mengincar gading gajah, dan bisa beroperasi sampai ke Aceh dengan melibatkan oknum kepala desa.

Menurut dia, kelompok pemburu biasanya terdiri dari pemodal, satu orang penembak selaku eksekutor.

Mereka mengumpulkan gading dan tidak menjual langsung, melainkan melalui perantara (broker). "Mereka tidak jual langsung," katanya.

Dia mengatakan dalam jaringan perdagangan tersebut ada penampungnya di Jakarta. Penampung tersebut tidak hanya membeli gading, tapi semua hal yang berkaitan dengan satwa langka seperti kulit harimau. Selain itu ada satu penampung besar yang berlokasi di Malaysia.

"Itu yang penampung besar jual sampai Thailand, termasuk kulit-kulit harimau," katanya.

Dia mengatakan solusi untuk mencegah perburuan gajah adalah memperketat pengawasan kawasan, apalagi dua kasus di Riau dan Aceh terjadi di dalam konsesi perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri. 

Ketika ada satu kasus pembunuhan gajah bisa cepat diketahui, maka pergerakan kelompok tersebut bisa dilacak dan diblok.

"Tapi kasus yang di Riau terlambat diketahui, karena gajah sudah mati lima hari," ujarnya.

Pemburu dan pembantai gajah sumatera kini lebih lihai karena menggunakan mobil minibus dan menyembunyikan gading di kolong kendaraan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News