Pembatasan Fitur Medsos Demi Tangkal Hoaks Perlu Untuk Kondisi Darurat

"Saya minta maaf tapi sekali lagi ini sementara dan bertahap. Mudah-mudahaan selesai karena ini bermanfaat untuk kita pribadi," jelas Menkominfo Rudiantara dalam konferensi pers tersebut.
Pembatasan ini terjadi dalam bentuk pelambatan aktivitas mengunduh dan mengunggah video maupun foto.
External Link: Postingan Amnesty International Indonesia
Rudiantara memaparkan dengan adanya pembatasan ini, postingan yang dianggap bermuatan berita bohong atau hoaks tidak menyebar luas dengan cepat.
"Postingan di media sosial seperti Facebook, Instagram, dalam bentuk video, dalam bentuk meme, dalam bentuk foto. Kemudian (di-)screen capture, diambil, viralnya bukan di media sosial, viralnya di messaging system seperti Whatsaap," terang Menkominfo kepada wartawan (22/5/2019).
Menurut Anita Wahid, mayoritas hoaks seputar aksi unjuk rasa dan kerusuhan pasca pengumuman hasil Pemilu 2019 yang diamati tim Mafindo menyasar institusi-institusi yang bertugas menjaga keamanan seperti Polri.
"Polri misalnya banyak diisukan dengan foto-foto yang seakan-akan memperlihatkan ini adalah polisi impor karena fitur-fitur wajahnya menunjukkan seakan-akan mirip orang China."
"Terus kemudian ada lagi informasi-informasi hoaks yang sangat enggak jelas mengenai penembakan-penembakan di masjid yang sebenarnya jauh dari lokasi di Bawaslu."
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia