Pembatasan Pasar Hewan di Tiongkok Dikhawatirkan Tingkatkan Perdagangan Gelap

Para ilmuwan sedang berusaha mengungkapkan awal virus COVID-19, namun penjelasan hingga saat ini mengatakan virus itu melompat dari hewan ke manusia, kemungkinan besar dari kelelawar.
Paling tidak ada satu orang pedagang di Pasar Huanan yang menjual berbagai binatang liar termasuk serangga, burung merak, dan landak.
Permintaan binatang liar tinggi di China
Xu Yuexin sudah lama menjadi aktivis menentang penjualan bintang liar di Guangdong, salah satu provinsi yang paling padat penduduknya di China.

"Saat ini, para penjual binatang liar sangat berhat-hati. Mereka hanya mau menjual dengan orang yang mereka kenal," katanya kepada ABC.
"Mereka tidak mau menjual kepada orang asing."
Selama bertahun-tahun, Yuexin menghabiskan waktunya untuk mencari dan melaporkan para penjual binatang terancam punah yang berjualan di pasar basah atau restoran di Guandong, sejak adanya wabah SARS di tahun 2003.
SARS, yang memiliki gejala yang sama dengan COVID-19, yang juga bagian dari virus corona, berasal dari musang pohon.
Para pegiat binatang di China mengatakan pembatasan penjualan hewan di pasar resmi seperti di kota Wuhan, yang diduga kuat menjadi sumber awal penyebaran virus corona, malah akan meningkatkan perdagangan gelap yang susah dipantau
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia