Pembatasan Pasar Hewan di Tiongkok Dikhawatirkan Tingkatkan Perdagangan Gelap

Pembatasan Pasar Hewan di Tiongkok Dikhawatirkan Tingkatkan Perdagangan Gelap
Kebanyakan pasar basah di China menjual daging dan sayuran, dan bukannya binatang yang masih hidup. (ABC News: Bill Birtles)
Pembatasan Pasar Hewan di Tiongkok Dikhawatirkan Tingkatkan Perdagangan Gelap Photo: Kebanyakan pasar basah di China menjual daging dan sayuran, dan bukannya binatang yang masih hidup. (ABC News: Bill Birtles)

 

Mereka berharap tindakan larangan ini akan djjadikan "hukum" perdagangan binatang liar di bulan Mei.

"Di masa lalu, hukum tidak menjatuhkan hukuman berat terhadap mereka yang memakan dan menjual. Nilai kriminalnya sangat rendah," kata Shan Dhai, seorang relawan di kelompok hak binatang GDTB di Guangzhou.

"Keputusan baru ini jelas memberikan petunjuk apa yang boleh dan tidak boleh dimakan, juga memberikan penjelasan mengapa hal ini harus dilakukan."

Pelarangan bisa meningkatkan perdagangan gelap

Pembatasan Pasar Hewan di Tiongkok Dikhawatirkan Tingkatkan Perdagangan Gelap Photo: Binatang seperti tenggiling ini banyak digunakan dalam pengobatan tradisional China. (Reuters: Kham)

 

Sebgian pihak menilai meski ada akan hukum yang mengatur soal ini nantinya, besar kemungkinan perdagangan bintang-binatang liar dan resikonya terhadap kesehatan manusia akan hilang begitu saja.

Binatang seperti tenggiling (pangolin) yang sudah hampir punah sekarang sudah masuk dalam daftar binatang terlarang untuk dimakan di China, namun kulitnya masih banyak dicari, karena dianggap berkhasiat tinggi dalam pengobatan China.

Hukum yang ada sekarang masih memperbolehkan penggunaan binatang liar untuk "penelitian ilmiah, obat-obatan, dan pajangan", namun banyak yang melihat binatang itu diperdagangkan untuk dimakan.

Para pegiat binatang di China mengatakan pembatasan penjualan hewan di pasar resmi seperti di kota Wuhan, yang diduga kuat menjadi sumber awal penyebaran virus corona, malah akan meningkatkan perdagangan gelap yang susah dipantau

Sumber ABC Indonesia
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News