Pembebasan Golkar dari Candu Berkuasa

Pembebasan Golkar dari Candu Berkuasa
Pembebasan Golkar dari Candu Berkuasa
"Seperti ada yang salah besar dalam diri saya," katanya waktu itu. Padahal, ketika partai itu dihujat sejak 1998, banyak tokoh yang wajahnya tak kelihatan. "Saya dikeroyok all out," katanya.

Anehnya, pidato pertanggungjawaban Akbar diterima dengan tepuk tangan panjang dan meriah. Dengan standing ovation yang luar biasa. Maklum, ia bersama pengurus DPP lainnya bisa membuat Golkar meraih nomor wahid pada Pemilu 2004 lalu. Namun mendadak antiklimaks. Saat pemilihan ketua umum, Akbar kalah unggul dibanding Jusuf Kalla, yang saat itu sudah menjadi wapres.

Jika sekarang pun ada aspirasi kembali merapat ke Demokrat, sebetulnya sudah menjadi budaya kekaryaan Golkar yang memilih tetap berada di tubuh kekuasaan. Sangat jelas, peserta Munaslub Denpasar memilih JK karena berposisi sebagai wapres. Demikian juga misalkan Akbar kala itu berada di struktur kekuasaan.

Tolak ukurnya jelas: kekuasaan. Sebab dengan kembali mendukung Demokrat, dan apalagi sekiranya SBY berkenan memilih tokoh Golkar menjadi cawapres, dan seandainya memenangkan Pilpres 2009 seperti ramai diprediksi, maka sang Beringin akan tetap berkibar bersama kekuasaan. Jadi tolak ukurnya, bukan karena Akbar memenangkan Pemilu 2004, atau karena JK kalah membawa Golkar sebagai pemenang dalam Pemilu 2009.

BOLAK-BALIK. Putus-sambung. Keragu-raguan itu menunjukkan partai berlambang beringin ini enggan berpisah dengan kekuasaan. Mulanya, siap menampilkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News