Pembekuan Darah Terkait AstraZeneca Ditemukan Pada Perempuan di Bawah 55 Tahun

Pembekuan Darah Terkait AstraZeneca Ditemukan Pada Perempuan di Bawah 55 Tahun
Badan pengawasan obat-obatan Australia, Therapeutic Goods Administration, memberikan persetujuan penggunaan vaksin buatan AstraZeneca pada hari Minggu.

"Bisa tidak disengaja atau bisa jadi terkait dengan masalah lain, seperti genetika atau kelainan darah, atau apapun jenis kelamin atau ras orang tersebut," jelasnya.

Menurut Profesor Gerry FitzGerald dari Queensland University of Technology, karena kejadian kasus tidak biasa ini sangat rendah, EMA menyimpulkan risiko tertular COVID-19 jauh lebih besar daripada risiko vaksinasi AstraZeneca.

Empat temuan EMA

Laporan EMA menyebutkan kasus pembekuan darah (469 laporan, 191 terjadi di Eropa) setelah vaksinasi "lebih rendah dari yang diperkirakan terjadi pada populasi".

Mereka menyimpulkan tidak ada "risiko penggumpalan darah secara keseluruhan" terkait dengan vaksin AstraZeneca.

Empat temuan utamanya adalah:

  • Manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risiko efek sampingnya
  • Suntikan vaksin tidak terkait dengan peningkatan risiko penggumpalan darah secara keseluruhan
  • Tidak ada bukti timbulnya masalah dengan lokasi produksi tertentu
  • Vaksin mungkin terkait dengan kasus langka pembekuan darah yang terkait dengan tingkat trombosit darah rendah

Menurut Prof Gerry, laporan EMA mengandung paradoks, sebab jika memiliki trombosit darah rendah, Anda lebih mungkin mengalami pendarahan daripada pembekuan.

"Jadi, jika ada kaitannya, kemungkinan itu adalah hubungan imunologis yang rumit. Kasusnya sangat jarang," ujarnya.

Ia juga mengatakan DIC "mengkonsumsi trombosit" pada pasien, menyebabkan kadar trombosit turun.

Badan obat-obatan Eropa telah melakukan penyelidikan terkait efek samping vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News