Pembelaan PBSI Atas Hasil Buruk Indonesia di Olimpiade Paris

Semangat para pemain terlihat masih kurang terlebih saat dalam kondisi tertinggal sehingga sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
“Saya melihat kekalahan ini karena (yang lainnya) tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik. Sementara secara persiapan kalau saya rasa sudah benar-benar maksimal, tapi secara di lapangan belum keluar secara maksimal,” ujar Ricky dalam rilis tertulis.
Ricky menambahkan bahwa perbedaan atmosfer Olimpiade dengan turnamen lainnya turut mempengaruhi performa atlet di lapangan.
Hal tersebut sejatinya sudah menjadi fokus PBSI sejak awal terlebih mulai dari fisik, teknik dan mental sudah dipersiapkan dengan matang.
“Inilah Olimpiade, dengan semua atmosfernya, memang berbeda dengan turnamen lain. Beban dan tekanan besar akan dirasakan semua atlet. Siapa yang siap secara mental dan bisa mengatasi rasa takut, rasa gugup dan demam panggung itu yang akan menang. Berbicara skill dan teknis semua sudah sama.”
“Ini bukan hanya kemenangan kepada lawan tapi kemenangan atas pikiran-pikiran mereka sendiri. Itu yang sangat membedakan. Siapa yang bisa menentukan? Ya atlet itu sendiri,” ujar peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 tersebut.
Praktis dengan hasil ini Indonesia hanya tersisa Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri) dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra).
Jorji -sapaan akrab Gregoria- akan bertarung di 16 besar menghadapi wakil Korea, Kim Ga Eun.
Kabid Binpres PBSI, Ricky Soebagdja buka suara terhadap hasil kurang apik yang diukir pebulu tangkis Indonesia pada ajang Olimpiade Paris 2024
- Indra Jayaatmaja Dilantik Jadi Ketua Umum PBSI Kabupaten Sumedang
- PBSI Coba Komposisi Pemain Senior dan Junior di Sudirman Cup 2025
- Ada Kejutan dalam Skuad Indonesia di Sudirman Cup 2025
- Debut Jafar/Felisha di BAC 2025 Diwarnai Kartu Merah hingga Poin Gratis
- PBSI Rombak Komposisi Pelatih Sektor Tunggal Putra & Putri
- Paceklik Gelar di Awal 2025, PBSI Perketat Seleksi Pemain Pelatnas Cipayung