Pembelaan Terhadap Palestina Bukti Ketegasan Diplomasi Jokowi

jpnn.com - JAKARTA - Kubu calon presiden-calon wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) tak mau komitmen soal kemerdekaan Palestina hanya dianggap retorika belaka. Sebab, memperjuangkan kemerdekaan Palestina merupakan bukan hanya untuk menjalankan politik luar negeri bebas aktif namun juga menjadi antitesis terhadap kebijakan politik internasional ala Presiden Susio Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengusung zero enemy thousand friends.

Anggota Tim Pemenangan Jokowi-JK, Ahmad Basarah mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 memuat frasa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Menurutnya, frasa itu mengamanatkan agar Indonesia bersikap aktif termasuk dalam membela negara-negara terjajah. “Jadi prinsip zero enemy and thousand friends tidak bisa dipraktikkan dalam membela Bangsa Palestina," kata Basarah di Jakarta, Selasa (24/6).

Karenanya Wakil Sekjen DPI Perjuangan itu menganggap kebijakan politik luar negeri alas SBY yang akan dilanjutkan Prabowo Subianto jika kelak terpilih jadi presiden selanjutnya jelas tidak mencerminkan amanat Pembukaan UUD 1945. “Zero enemy and thousand friends itu sikap ambivalen,” ucap Basarah.

Lebih lanjut Basarah mengatakan, pernyataan Jokowi soal Palestina semakin menunjukkan pemahaman dan konsistensi capres nomor urut 2 itu untuk menjalankan politik luar negeri Indonesia sesuai UUD 1945. Sikap Jokowi soal Palestina, sambung Basarah, juga menunjukkan pemahaman yang kuat terhadap sila tentang internasionalisme (perikemanusiaan) yang digagas Bung Karno saat berpidato tentang Pancasila pada  1 Juni 1945.

Basarah menegaskan, pembelaan Jokowi terhadap Palestina seperti pernyataan Mahatma Gandhi yang dikutip Bung Karno bahwa ‘my nationalism is humanity’. "Maksudnya nasionalisme yang mengorganisir bangsa-bangsa untuk hidup sederajat dan berdampingan dengan bangsa-bangsa lain,” pungkas Sekretaris Fraksi PDIP di MPR RI itu.(ara/jpnn)