Pembelian Solar Subsidi di Garut Dibatasi

Pembelian Solar Subsidi di Garut Dibatasi
Kendaraan mengantre di SPBU di Jalan Jenderal Sudirman, Kabupaten Garut, Rabu (13/11). Foto: Feri Purnama/Antara

jpnn.com, GARUT - Pengusaha angkutan barang dan penumpang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar solar bersubsidi sehingga banyak kendaraan tidak beroperasi.

"Kami harap pembatasan solar ini dapat dikaji lagi, terutama untuk kendaraan angkutan barang," kata pengusaha angkutan truk pasir Sigit, Rabu (13/11).

Dia menuturkan, SPBU di Garut membatasi pembelian solar bersubsidi hanya Rp 100 ribu sejak sepekan, akibatnya pemilik kendaraan angkutan barang harus membeli solar nonsubsidi atau jenis dexlite.

"Harga solar nonsubsidi dua kali lipat lebih mahal dari solar bersubsidi," katanya.

Ia mengatakan, harga solar jenis dexlite Rp 10.200 per liter, sementara bio solar harganya lebih murah yakni Rp 5.150 per liter, sehingga pengusaha harus mengeluarkan biaya operasional BBM lebih besar.

Ia mengungkapkan, setiap hari kebutuhan solar untuk satu truk sebesar Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu, namun karena harus membeli solar jenis dexlite pengeluaran menjadi Rp 500 ribuan per hari.

"Sekarang untuk pembelian bahan bakar solar jadi Rp 500 ribu untuk kebutuhan pengiriman barang di dalam kota Garut," katanya.

Keluhan sama tentang pembatasan solar di Garut diungkapkan juga oleh Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Garu, Yudi Nurcahyadi.

Pengusaha angkutan barang dan penumpang di Kabupaten Garut mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar solar bersubsidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News