Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya

Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya
Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya
Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya Photo: Penangkapan narkoba jenis sabu semakin meningkat di ASEAN beberapa tahun terakhir. (ABC News: Graphic by Jarrod Fankhauser)

Narkoba dan kekerasan di Filipina

Sementara itu di Filipina, meski hukuman mati telah dihapuskan secara resmi pada 2006, Presiden Rodrigo Duterte justru memimpin "perang melawan narkoba" yang telah menewaskan ribuan orang yang dituduh sebagai pengedar narkoba.

Duterte mengatakan dia tidak ada masalah jika harus memusnahkan jutaan pecandu narkoba di negaranya, melalui cara yang sebanding dengan yang dilakukan Adolf Hitler atas orang Yahudi.

Bulan lalu, Kepolisian Filipina merilis data yang mengklaim 5.526 "tokoh narkoba" telah terbunuh sejak perang dimulai pada Juli 2016.

Juru bicara kepolisian Kim Molitas menjelaskan hal itu menunjukkan bahwa Filipina telah "memenangkan perang melawan narkoba".

Kelompok-kelompok HAM memperkirakan jumlah yang tewas lebih banyak lagi, sementara oposisi di Filipina menyebut sudah lebih dari 20.000 orang, umumnya warga miskin, yang tewas ditembak.

"Saat kami mendengar sebagian besar warga miskin dibunuh secara brutal karena dicurigai sebagai pengguna narkoba dan pengedar kecil sementara penyelundup dan bandar narkoba bebas, kami mulai pertanyakan kemana arah perang narkoba ini," ujar Konferensi Wali Gereja Katolik Filipina dalam pernyataannya kepada ABC News.

Presiden Duterte belum lama ini menegaskan "uang narkoba" telah dipakai mendanai kelompok militan Maute yang menduduki Kota Marawi pada 2017.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News