Pemberantasan Narkoba Telan 5 Ribu Nyawa, Duterte Menolak Diinvestigasi PBB
jpnn.com, MANILA - Pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak wacana penyelidikan independen PBB terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negara tersebut. Manila menggambarkan seruan itu sebagai bentuk campur tangan dalam urusan negara.
Penolakan itu dikeluarkan setelah pegiat hak asasi manusia meminta Dewan HAM PBB untuk menyelidiki sejumlah kematian yang tidak sah dan pembunuhan oleh polisi terkait perang melawan narkoba ala Presiden Rodrigo Duterte.
Untuk diketahui, polisi Filipina telah membunuh lebih dari 5.300 tersangka pengedar dan pengguna narkoba sejak Duterte terpilih tiga tahun lalu.
"Panggilan terakhir oleh 11 pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penyelidikan internasional Filipina tidak hanya ditantang secara intelektual tetapi juga campur tangan yang keterlaluan terhadap kedaulatan Filipina," kata juru bicara Duterte Salvador Panelo dalam sebuah pernyataan, Sabtu (8/6).
BACA JUGA: Bengis ke Bandar Narkoba, Duterte Takut Melawan Tiongkok
Dia menuduh para ahli PBB menjajakan fakta yang bias, salah dan dipalsukan. "Mereka yang berbicara menentang kampanye obat-obatan terlarang dan catatan hak asasi manusia presiden ini telah sangat ditolak oleh pemilih Filipina," sambungnya, seperti dimuat Channel News Asia. (rmol/jpg)
Pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak wacana penyelidikan independen PBB terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negara tersebut.
Redaktur & Reporter : Adil
- Lanjutkan Mandat PBB, KRI SIM-367 Resmi Menerima Bendera UN dari KRI DPN-365
- Afriansyah Noor Keluar dari PBB Setelah Kalah Pemilihan Ketum
- Hadiri Pembukaan Muktamar VI PBB di Bali, Viva Yoga Mauladi Sampaikan Harapan Ini
- Spanduk Dukungan Afriansyah Noor Jadi Ketum PBB Bertebaran di Muktamar VI
- Afriansyah Noor Tegaskan Siap Maju jadi Caketum PBB, Singgung Nama Yusril
- Menjelang Muktamar PBB, Bang Ferry Diunggulkan Jadi Ketua Umum