Pemberdayaan Negara Tiada Akhir

Pemberdayaan Negara Tiada Akhir
Andi Nur Alam Syah, Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan). Foto: Humas Kementan

Mengacu pada kenyataan yang terjadi, dampak subsidi alat mesin pertanian ini mampu memberikan tambahan nilai kepada petani.

Pertama, menghemat penggunaan tenaga kerja dengan perbandingan untuk usahatani padi per hektar (olah tanah, panen, dll) di Sulsel dan wilayah Pantura Jawa sebesar 103 (manually) dibanding 32 (fully mechanized) atau -71 HOK. meningkatkan produktivitas padi sebesar 2.035 kg/ha (33,83%) apabila menggunakan cara tanam Jajar Legowo yang ditanam pindah dengan mesin Transplanter jarwo 2:1.

Kedua, menurunkan susut hasil panen sekitar 10,89% dengan menggunakan mesin combine harvester.

Ketiga, meningkatkan efisiensi penggunaan input sebesar 11,94% akibat pengolahan tanah, penyiangan dan pengendalian hama yang lebih efektif dan efisien.

Ketiga, menghemat biaya kerja (olah tanah-semai s/d tanam-penyiangan-panen) sebesar Rp. 2,2 juta atau -30,9% dibanding secara manual.
Keempat, membuka peluang kerja tenaga petani muda untuk terlibat dalam kegiatan mekanisasi padi mulai sebagai operator, mendirikan bengkel-bengkel jasa pemeliharaan dan perbaikan alat mesin pertanian, dan bahkan menjadi agen suku cadangnya.

Uraian di atas baru dalam hal subsidi alat dan mesin pertanian, belum lagi dampak positif (material dan sosial) dari subsidi-subsidi yang lain.

Oleh karena itu nyata terlihat bahwa pergunjingan beras yang terjadi saat ini adalah merupakan fenomena keributan antara pihak pencari untung (rent seeker) semata dengan pihak never ending empowerment, yaitu pemerintah.

Bagi masyarakat yang memposisikan diri sebagai pendukung masing-masing pihak akan sah-sah saja namun harus melihat kenyataan yang sudah ada.

Gonjang-ganjing pro dan kontra beras premium ‘mak nyuss’ yang dikemas dalam berbagai merek menarik di berbagai toko swalayan masih terus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News