Pemberontak Syria Bina Mantan Kombatan ISIS
Di pusat rehabilitasi mental tersebut, para mantan pejuang ISIS diklasifikasikan dalam tiga kategori. Mantan pejuang ISIS yang masih anak-anak atau remaja seperti Khalil adalah siswa kelas II. Sementara itu, para mantan pejuang ISIS yang berasal dari Eropa Timur dan Asia masuk ke kelas III.
Selain mantan pejuang ISIS, di pusat rehabilitasi mental itu ada sejumlah tawanan ISIS yang mendapatkan pembinaan mental dari FSA. Mereka rata-rata diselamatkan dari reruntuhan rumah di kota-kota yang menjadi benteng pertahanan ISIS di Provinsi Aleppo.
Wa’ed misalnya. Bocah 5 tahun itu menjadi tawanan di sarang ISIS bersama neneknya sampai FSA membebaskan mereka.
Wa’ed adalah korban ISIS. Ayah dan ibunya meninggalkan dia di rumah sang nenek dan tidak pernah kembali lagi.
”Setelah ayah pergi, ibu meminta nenek menjaga saya. Dia kemudian pergi. Dia meninggalkan anak-anaknya di rumah nenek,” paparnya.
Dia mengatakan bahwa sang ayah bergabung dengan ISIS. Tak lama kemudian, sang ibu menyusul sang ayah dan tidak ada kabar lagi dari mereka.
Pusat rehabilitasi mental yang terletak di utara Aleppo itu dijaga ketat FSA dan pasukan Turki. Belakangan, Turki memang terlibat dalam proses pemulihan mental di sana.
Awalnya, FSA hanya bekerja sama dengan pemerintah lokal. Tapi, kini ada pihak lain, baik dari dalam maupun luar Syria, yang membantu keberlangsungan pusat rehabilitasi mental tersebut.
Saat pemerintah berkonsentrasi pada pemulihan fisik, Free Syrian Army (FSA) berfokus pada pemulihan mental para mantan pejuang ISIS
- Polisi Turki Tahan 72 Orang yang Diduga Anggota ISIS
- Tangkap Residivis Teroris, Densus 88 Temukan Barang Bukti Ini
- Bela Ukraina, Amerika Sebut Kelompok Ini Dalang Pembantaian di Moskow
- Piala Asia 2023: Syria Vs India 1-0, Indonesia pun Tergusur
- Pengkhianat Drone
- Piala Asia 2023: Lihat Gol yang Menentukan Australia Lulus ke 16 Besar