Pembuat Peti Mati di Indonesia Kewalahan Memenuhi Permintaan di Tengah Pandemi COVID-19
Ari Rusmawan sudah bekerja sebagai pembuat peti di Jakarta Timur sembilan tahun lamanya.
Namun, ini pertama kalinya ia dan rekannya kesulitan memenuhi permintaan di tengah banjirnya pesanan untuk pasien COVID-19 yang meninggal dunia.
Sebelum pandemi, Ari dan rekannya paling banyak 10 peti per hari.
Kini, mereka harus membuat paling sedikit 30 peti per hari.
Indonesia telah disebut sebagai episentrum baru virus corona karena jumlah kasus dan kematian yang terus bertambah akibat menyebarnya varian Delta.
Sejak beberapa minggu terakhir, rata-rata terdapat 49.435 kasus dengan lebih dari 1.000 kematian per hari.
Rumah sakit kewalahan, demikian juga pembuat peti dan petugas pemakaman.
Walau banyak pesanan peti yang "seringkali tidak terpenuhi", perusahaannya, CV Sahabat Duka, mengirimkan setidaknya 100 peti dalam dua minggu ke setiap instansi seperti rumah sakit dan yayasan ambulans di Jakarta.
Di tengah bertambahnya jumlah kematian akibat COVID-19 akibat varian Delta di Indonesia, pembuat peti dan petugas krematorium harus menambah pegawai dan bekerja hingga larut malam untuk memenuhi permintaan
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Utak-Atik Anggaran, Maju-Mundur Ibu Kota Nusantara
- Dunia Hari Ini: Presiden Trump Mau Mendeportasi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Pro-Palestina
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Anwar Ibrahim Tertawa Saat Prabowo Berseloroh Meminta Mobil F1
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas