Pembuat Peti Mati di Indonesia Kewalahan Memenuhi Permintaan di Tengah Pandemi COVID-19

"Jadi waktu itu kami pikir, oke kami cari saja krematorium yang paling dekat dengan rumah sakit, dan nanti kami akan membawa pulang abunya ke Bandung," ujar Evi.
Namun ketiga fasilitas di Jakarta yang menerima jenazah COVID-19 sudah penuh, kata Evi.
Evi sebenarnya punya pilihan untuk mengkremasi ayahnya tiga hari setelah meninggal dunia.
Tapi keluarganya ingin melepas mendiang lebih awal.
Akhirnya, mereka harus kembali ke Bandung untuk menemukan krematorium yang tersedia.
Ania Desliana, presiden Oasis Lestari Crematorium di Jakarta mengatakan jumlah kremasi naik dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi, yaitu sebanyak 183 per bulan.
Ia mengatakan jumlah ini akan terus bertambah akhir bulan ini melihat panjangnya daftar tunggu kremasi.
"Beberapa orang pada akhirnya bahkan harus menguburkannya karena jenazah COVID-19 tidak bisa diformalin dan hanya bisa bertahan dua sampai tiga hari," kata Ania.
Di tengah bertambahnya jumlah kematian akibat COVID-19 akibat varian Delta di Indonesia, pembuat peti dan petugas krematorium harus menambah pegawai dan bekerja hingga larut malam untuk memenuhi permintaan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya