Pemda DKI Prioritaskan Tangani Kemacetan
Sabtu, 15 Januari 2011 – 00:44 WIB
Pembahasan APBD yang transparan dan bisa disaksikan seluruh warga di dua negara itu sangat jauh dengan pembahasan APBD yang dilakukan di Jakarta. Dalam pembahasan masih ada kesan saling sembunyi. Masyarakat tidak mengetahui apakah para wakil-wakilnya memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak atau tidak.
Baca Juga:
“Seperti misalnya harus memilih apakah dana ini untuk pengadaan globe atau busway, apakah dana ini untuk disumbangkan buat yayasan atau untuk membeli armada busway. Mana yang penting,” tanyanya.
Buruknya perencanaan APBD juga membuat realisasi menjadi kacau. Seharusnya, sejak awal, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) ikut mengawasi. Bukan mengawasi saat realisasi hingga pertanggungjawaban saja. Tidak adanya pengawasan saat perencanaan APBD tersebut juga memicu banyaknya anggaran yang tidak menggunakan skala prioritas. Seperti pembelian mobil tamu dewan senilai Rp 2,5 miliar.
Anggaran tersebut seharusnya bisa dialihkan dan lebih diutamakan pengadaan armada busway. Perencanaan yang baik saat awal pembahasan, transparansi, dan menggunakan skala prioritas menjadi kunci utama suksesnya pembangunan di Jakarta. “Siapapun gubernurnya, kalau tiga itu tidak dilaksanakan dengan baik, hasilnya akan sia-sia,” katanya.
PEMPROV DKI Jakarta masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat untuk mengurai kemacetan. Pasalnya, selain penanganan banjir, masalah kemacetan
BERITA TERKAIT
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS